PANTANGAN di Balik Kisah Terpangkasnya Rambut Syekh Magelung Sakti Saat Mencari Sunan Gunung Jati 

3 Oktober 2022, 06:00 WIB
Kisah Syekh Magelung Sakti, Panglima Perang Sunan Gunung Jati /Tangkapan layar YouTube Bujang Gotri

PORTAL MAJALENGKA - Keputusan Sunan Gunung Jati untuk menyambut kedatangan Syekh Magelung Sakti dari Mesir yang berlabuh di pelabuhan Muara Jati tidaklah diambil tanpa pertimbangan yang matang.

Dengan maqom yang tinggi sebagai wali Quthbul Mutlak, beliau mengetahui capaian maqom wali-wali lainnya. Dan sosok Mbah Kuwu Sangkan selaku uwak sekaligus sesepuh penasehat beliau merupakan sosok tepat untuk melakukan hal tersebut.

Kearifan dan kedalaman ilmu Mbah Kuwu Sangkan dianggap mampu dan menguasai berbagai kemungkinan.

Baca Juga: Update Klasemen Sementara MotoGP 2022 Usai MotoGP Thailand, Fabio Quartararo Kian Terancam

Sosok Mbah Kuwu diharapkan bisa menetralisir segudang pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki Syekh Magelung Sakti tersebut.

Jika dalam berbagai cerita pertemuan Syekh Magelung Sakti tampak dijelaskan sekilas atau sebentar. Kemungkinan hal tersebut dirasa sudah terwakilkan dengan simbol tersebut atau karena keterbatasan ruang tulisan dan mungkin sumber catatan yang sedikit.

Muatan sejarah Cirebon khususnya seringkali menggunakan symbol-simbol (semiotic), seperti diceritakan dalam penyambutan Syekh Magelung Sakti, Mbah Kuwu Sangkan mengajak sholat berjamaah kedalam bumbung pring (potongan bambu).

Baca Juga: MEMASUKI BULAN MAULID, Ketahui Rahasia-rahasia Fadilah dan Keajaiban Sholawat Nabi Muhamad SAW

Menurut logika hal tersebut bisa dianggap mustahil, akan tetapi jika menengok masa dan tokoh yang berperan saat itu bisa jadi hal tersebut real terjadi.

Bukan bermaksud melebih-lebihkan karomah tetapi keberadaan mistik saat itu berkembang pesat, sebagaimana sains hari ini. Harus diakui budaya timur saat itu begitu unggul dengan kemampuan dan kemajuan batinnya.

Baik mari kembali ke cerita, jika diambil dengan nalar ada kemungkinan dalam penyambutan tersebut ada banyak dialog diantara keduanya.

Baca Juga: Spesialis Lintasan Basah, Miguel Oliveira Juarai MotoGP Thailand 2022

Meski demikian tampaknya Syekh Magelung Sakti memahami benar mengenai tasawuf dengan apa yang disampaikan dan dibuktikan Mbah Kuwu Cirebon.

Sepertinya kondisi Syekh Magelung Sakti saat itu mirip yang dialami Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy- Syafi’I atau lebih singkatnya Imam Ghazali, ia merasa belum mencapai kepuasan dalam ilmunya hingga tertambat pada Tasyawuf.

Kerinduan dan kecintaan terhadap ilmu itulah yang kemudian ia diberi petunjuk Allah SWT, dengan mengutus Nabiullah Hidir AS untuk menuntunnya, agar memperoleh seorang mursyid yakni Sunan Gunung Jati.

Baca Juga: Tes Kelemahan Diri, Coba dan Cari Tahu Apa yang Menjadi Kelemahan Diri

Selain melakukan penyeleksian pengetahuan keagamaan dan ketauhidan, Syekh Magelung Sakti rupanya juga harus diuji dengan kemampuan perang atau pertahanan diri.

Mengenai bagian kisah ini anda bisa lihat artikel sebelumnya: ujian Syekh Magelung Sakti mencari Sunan Gunung Jati sebagai mursyid, sayembara kalahkan NyiMas Gandasari.

Sebelum pengujian itu dilakukan, di ceritakan Mbah Kuwu Sangkan lebih dulu membawanya ke sebuah wilayah untuk memangkas rambutnya yang teramat panjang.

Baca Juga: Terkait Asal-usul Majalengka, Kisah Nyi Rambut Kasih, Ratu Cantik yang Murka Saat Ditolak Cintanya

Konon di sepanjang jalan-jalan keduanya berbincang. Saat berada di pinggir sungai diwilayah itu Syekh Magelung Sakti sempat mengutarakan bahwa dirinya sangat berkenan dan menerima dengan suka lillahi ta’ala jika rambut panjang yang dimilikinya ada yang mampu memotong.

Dan karena kerelaan tersebut sambil terus berjalan, tanpa sepengetahuan sema,Mbah Kuwu Cirebon kemudian melakukan pemangkasan.

Konon menurut beberapa ulama khushois seperti Syeikh Auliya Nur Ali, Syeikh Kamil Ahmad Trusmi, Syeikh Ahmad Sindang Laut, Syeikh Asnawi bin Subki Gedongan, memperkirakan panjang rambut mencapai 350m.

Baca Juga: Update Korban Meninggal Dunia Tragedi Arema FC vs Persebaya Surabaya Bertambah, Kini Jadi 187 Orang

Ucapan suka lillahi ta’ala yang dikatakan Syekh Magelung Sakti, kemudian dilekatkan dengan nama sungai dan wilayah tersebut, yakni Sokalila. Sementara tempat terpotong rambut Syekh Magelung Sakti dinamakan Karanggetas.

Berkaitan dengan kejadian terpangkasnya rambut Syekh Magelung Sakti tersebut, wilayah yang sekarang dinamakan Jalan Karanggetas, konon dianggap oleh sebagian masyarakat memiliki pantangan.

Jika dilihat sekarang di wilayah tersebut sekilas tampak seperti kondisi jalan pada umumnya, untuk diketahui jalan ini menghubungkan pusat pemerintahan Balai Kota Cirebon menuju Keraton Kanoman Cirebon.

Baca Juga: Tembakan Gas Air Mata, Diduga Jadi Pemicu Tragedi Ratusan Nyawa Melayang di Kanjuruhan Malang

Jalan ini termasuk jalan sibuk, banyak kendaraan bermotor hilir mudik. Di kanan kiri sisi sepanjang jalan terdapat pusat perbelanjaan dan rumah toko, sama sekali tidak menampakan keanehan apapun.

Diambil dari penamaannya Karang getas memiliki makna “Karang” diambil dari bahasa local Cirebon yang berarti tempat yang belum dihuni, dan “getas “ yang diartikan rapuh atau mudah patah.

Jadi dari penamaan tersebut sudah dapat di pahami bahwa jalan ini menyimpan cerita keagungan dan kejayaan yang putus, tanggal, atau lepas ditempat itu.

Baca Juga: IDENTITAS POLISI Meninggal Korban Kerusuhan Suporter di Stadion Kanjuruhan Malang usai Laga Arema vs Persebaya

Dalam hal ini ada sebagian menafsirkan bahwa hal tersebut menandakan wilayah tersebut memiliki keapesan atau kesialan.

Bagi para pejabat baik daerah atau negara perlu menghindari jalan tersebut, karena jika dilanggar jabatan yang dimilikinya akan copot atau lepas.

Meski demikian ada pula yang mengartikan wilayah tersebut memiliki karomah berupa solusi atas semua masaalah baik urusan dunia maupun akhirat, sebagaimana masalah Syekh Magelung Sakti dengan rambut dan sosok mursyid yang ia cari.

Baca Juga: Update Korban Kerusuhan Suporter di Stadion Kanjuruhan Malang Usai Arema vs Persebaya Jadi 153 Orang Meninggal

Menanggapi hal itu tentu tergantung dari keyakinan dan sudut pandang masing-masing orang. Secara umum dari berbagai sejarah kita banyak mendapati pengalaman dan pelajaran.

Demikian paparan sekilas mengenai pantangan di balik kisah terpangkasnya rambut Syekh Magelung Sakti Mencari Sunan Gunung Jati sebagai sang mursyid, semoga bermanfaat.***

Disclaimer: tulisan ini diambil dari berbagai sumber artikel dan informasi sesepuh Karangkendal yang tidak mau disebutkan namanya. Versi sejarah sangat memungkinkan berbeda.

Editor: Andra Adyatama

Tags

Terkini

Terpopuler