Baca Juga: Dari Kemitraan Tebu, Bumdes Pandawa Pilangsari Raup Untung
Tempat ini sangat disukai oleh Raja beserta istri dan patih, tempat ini diberi nama Sukawana (Desa Sukawana Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka).
Selanjutnya Raja beserta Permaisuri dan Patihnya melanjutkan perjalanan menuju ke sebelah timur kali cimanuk yang saat itu kali cimanuk lebarnya hanya 10 meter saja, maka disitulah Raja dan Permaisuri singgah di suatu tempat yang diberi nama Pasir.
Selanjutnya berhubung Raja beserta Permaisuri dan anaknya akan mencari persembunyian yang aman, maka Raja memberi tugas kepada Patihnya untuk menunggui bali jangan sampai hilang sebelum Raja kembali dari tempat persembunyianya.
Menurut alur cerita bahwa Raja sampai waktu 20 hari lamanya tak kunjung datang, maka sehubungan Patih sudah lama menunggu bali tersebut sementara perbekalan sudah tidak ada sehingga dia pun kelaparan.
Maka sambil memegang bali tersebut Patih berkata dalam bahasa sunda “ Gusti..mugi ulah janten bendu galih, ieu bali di teda ku kaula margi kaula lapar “.
Baca Juga: Tantri Dua Entragan Nyangking Kalungguhan Ketua PAC PDl-Perjuangan Majalengka
Maka terjadilah Balida asal dari kata Bali di teda atau Bali dimakan. Menurut cerita lahirnya kejadian tersebut adalah pada hari Senin, tanggal 11 juli 1821 Masehi.