Dengan menggabungkan kedua format tersebut, hoaks dapat menjangkau audiens lebih beragam. Karena ada beberapa orang lebih terpengaruh oleh teks, sementara yang lainnya lebih responsif terhadap konten visual.
Alasan keempat adalah tingkat viralitas. Konten yang mengombinasikan teks dan video cenderung lebih viral di media sosial, karena format ini lebih menarik dan mudah dipublikasikan.
Data Mafindo menyebutkan saat ini terdapat setidaknya 1.944 hoaks dengan komposisi sekitar 52,8 persen terkait isu politik dari periode Januari sampai Oktober. Dan diperkirakan jumlah hoaks tersebut terus akan naik sampai akhir tahun.***