Ia mendapatkan hadiah menonton laga Arema FC vs Persebaya Surabaya dari kedua orang tuanya karena baru saja disunat.
Menyaksikan laga tersebut merupakan pertama kalinya dilakukan oleh bocah kelas 3 SD tersebut. Ia pun harus menahan kepedihan pulang ke rumah tanpa kedua orang tuanya.
Baca Juga: Timnas Indonesia U16 Cukur Habis Guam dengan Skor 14-0 pada Kualifikasi Piala Asia U17 2023
Tragedi Kanjuruhan kemungkinan besar membuatnya mengalami trauma yang luar biasa. “Iso trauma barang (bisa trauma juga)," tulis ungkapan dalam tangkapan layar tersebut.
Trauma tersebut tentunya karena ia kehilangan kedua orang tuanya akibat tragedi Kanjuruhan, juga laga tersebut merupakan pertama kalinya bocah SD itu menyaksikan secara langsung.
Diketahui, kronologi awal tragedi Kanjuruhan itu disinyalir berawal dari adanya kericuhan kecil di tribun 12 dan 13 namun, tidak lama kericuhan pun sempat reda karena aparat berhasil mengamankan.
Baca Juga: Sekilas tentang Yel-yel PKI Berkaitan dengan Pesantren, Kyai, dan Santri
Tak lama berselang, segelintir oknum supporter masuk ke lapangan untuk meluapkan kekesalannya akan kekalahan Arema FC atas Persebaya Surabaya pada lanjutan pekan ke-11 BRI Liga 1 musim 2022/2023.
Segelintir oknum supporter itu memicu yang lainnya untuk ikut turun ke lapangan. Alhasil, kerusuhan pun tak terbendung.
Namun sangat disayangkan, Polisi yang bertugas mengamankan jalannya pertandingan malah menembakkan gas air mata untuk membubarkan kerusuhan tersebut. Padahal, penggunaan gas air mata sudah jelas dilarang oleh FIFA di sebuah stadion.