Jejak Pasukan Siliwangi Selama di Yogyakarta Usai Perjanjian Renville, Tumpas PKI Madiun

- 20 September 2022, 22:00 WIB
Ilustrasi pasukan Siliwangi pada peristiwa penumpasan PKI Madiun.
Ilustrasi pasukan Siliwangi pada peristiwa penumpasan PKI Madiun. /Yuyun Datalamon/

 

PORTAL  MAJALENGKA - Salah satu kerugian yang banyak diterima Pemerintah RI dari hasil perjanjian Renville adalah keberadaan pasukan Divisi Siliwangi Jawa Barat saat itu.

Dari hasil perjanjian Renville tersebut, Belanda diuntungkan dengan memiliki kontrol terhadap wilayah-wilayah yang termasuk dalam RIS (Republik Indonesia Serikat).

Usai perjanjian Renville tersebut diputuskan Divisi Siliwangi meningggalkan kantong-kantong pertahanan di Jawa Barat. Perpindahan tersebut langsung disampaikan Jenderal Nasution,  selaku Panglima Divisi Siliwangi.

Baca Juga: Sejarah Singkat dan Kelam Gerakan 30 September atau G30S/PKI

Maka sejak itu ada sebagian kecil yang bergerak berjalan kaki pindah ke daerah Banten yang saat itu masih dikuasai penuh pemerintah RI, dan sebagian besar lagi bergerak ke timur menuju wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.

Perpindahan menuju Yogyakarta dan sekitarnya dilakukan kurang lebih 29.000 Pasukan Divisi Siliwangi. Pasukan terbagi ada yang berjalan kaki, ada yang naik kapal laut dan ada pula yang naik kereta api.

Pergerakaan perpindahan ini berlangsung cukup panjang, kejadian tersebut tepatnya berlangsung dari tanggal  1 Februari 1948 sampai 22 Februari 1948.

Peristiwa besar dan pengalaman hebat ini mungkin tidak pernah dialami divisi-divisi lain pada saat itu. Mereka dengan loyalitas dan cintanya terhadap pemimpin dan tanah air rela melakukan perpindahan meninggalkan kantong-kantong gerilya mereka menuju daerah yang berjarak ratusan kilometer.

Baca Juga: Kekejaman PKI Terhadap 2 Anak yang Otomatis Jadi Yatim Piatu Saat Kedua Orang Tuanya Dibunuh

Pengabdian tulus dengan tanpa memperdebatkan untung dan rugi mereka tunjukan sebagai bukti kesetiaan mereka kepada NKRI.

Dalam perpindahan tersebut mereka pun harus dihadapkan dengan situasi dan kondisi yang baru, mereka harus dapat beradaptasi dengan lingkungan dan budaya yang mereka tempati.

Harus belajar kembali membangun pengertian dan komunikasi untuk mendukung tugas-tugas yang akan dijalankan .

Tidak lama setelah pasukan Divisi Siliwangi tiba dan baru menempati posisinya  di Yogyakarta dan sekitarnya, pasukan Siliwangi sudah harus siap untuk dilibatkan dalam pemberantasan pemberontak PKI Madiun. Meski secara fisik maupun psikologis mereka yang masih dalam kondisi serba keterbatasan.

Di sisi lain karuan ada saja yang ingin mengambil kesempatan ditengah negeri yang sedang tak untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya. 

Baca Juga: Kisah Tragis Mantan Gubernur Jawa Timur Pertama yang Menjadi Korban PKI pada 10 November 1948

Adalah Kolonel Soemarsono yang memproklamirkan berdirinya “Soviet Republik Indonesia”, Pada tanggal 18 September 1948. 

Dalam tugas penumpasan PKI Madiun ini, Pasukan Divisi Siliwangi ditempatkan untuk menyerang dari arah barat sementara dari arah timur ada dukungan pasukan Brigade 29 yang dipimpin Kolonel Sungkono.

Tepat 30 September 1948, Pasukan Divisi Siliwangi dari Batalyon Kian Santang Siliwangi, berhasil menguasai kota Madiun yang saat itu menjadi markas PKI yang dipimpin oleh Muso.

Penumpasan PKI kemudian terus dilanjutkan sampai pada tanggal 13 Oktober 1948 benteng terakhir PKI di Blora berhasil direbut dan dikuasai TNI.

Selang satu bulan dari peristiwa penumpasan PKI Madiun, sekitar pukul 06.00 pagi, tepatnya tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan serangan dadakan secara besar-besaran ke ibu kota RI Yogyakarta saat itu.

Baca Juga: DPR RI Resmi Sahkan RUU Perlindungan Data Pribadi, Apa Dampak Bagi Masyarakat?

Dalam serangan tersebut pesawat Belanda berhasil membombardir dan melumpuhkan lapangan terbang Maguwo. Belanda juga berhasil menerjunkan satu batalyon pasukan baret hijau mereka dan memukul mundur Pasukan TNI AURI yang menguasai Maguwo saat itu.

Dengan keberhasilan Belanda tersebut pada hari itu juga kota Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda. Presiden, Wakil Presiden, dan para beberapa pejabat RI ditahan Belanda.

Mendapati kondisi demikian Panglima Besar TNI Jendral Sudirman dan Letkol Suharto terpaksa harus mundur dari Yogya, untuk kembali melakukan taktik perang gerilya.

Jenderal Sudirman selaku Panglima Besar TNI memerintahkan pasukan Siliwangi untuk kembali ke Jawa Barat dan menugaskan kembali bergerilya di kantong-kantong pertahanannya di Jawa Barat.

Peristiwa kembalinya pasukan Siliwangi ke Jawa Barat ini dikenal sebagai peristiwa “Long March Divisi Siliwangi”. Gerakan ini berlangsung dari 22 Desember 1948 dan berjalan sampai bulan Januari 1949.

Baca Juga: PENTING Pelajari ini! Untuk Jawab SOAL TEST PANWASCAM, 9 Tugas Panwascam

Sulyana et al. Mengatakan, “Prajurit Siliwangi beruntung karena persitiwa Long March ini menjadi legenda yang hanya melekat pada Divisi (Kodam) Siliwangi. Tidak saja tentaranya, tetapi masyarakat Jawa Barat sangat bangga dan menjadi buah bibir dari masa ke masa.”

Demikian paparan sekilas mengenai jejak Pasukan Divisi Siliwangi selama di Yogyakarta usai perjanjian Renville, tumpas PKI Madiun sumber tulisan diambil dari buku Kapita Selekta Siliwangi dan Bela Negara, semoga bermanfaat. *

Editor: Ayi Abdullah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x