AWAL MULA Waliyullah Mbah Hasyim Asy'ari Dirikan Pesantren di Tanah Maksiat, Apa Tujuannya?

- 21 Juli 2022, 07:00 WIB
Ilustrasi : Kiai Hasyim Asy'ari.
Ilustrasi : Kiai Hasyim Asy'ari. /kolase facebook/udin/

PORTAL MAJALENGKA - Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari atau yang karib disapa Mbah Hasyim Asy'ari adalah seorang ulama besar sekaligus pendiri jamiyyah Nahdlatul Ulama (NU).

Diusia mudanya, yakni 28 tahun. Mbah Hasyim Asy'ari memiliki tekad kuat untuk mendirikan sebuah pesantren di kawasan yang mayoritas penduduknya masih jauh dari sentuhan agama.

Berlandaskan hal tersebut, Mbah Hasyim Asy'ari lalu memilih daerah bernama Tebuireng sebagai lokasi tempatnya mendirikan pesantren.

Baca Juga: Kisah Wali Allah yang Namanya Tertera di Lauhul Mahfudz Sebagai Penghuni Neraka

Sebab pada masa itu, masyarakat Tebuireng masih lekat dengan kebiasaan mabuk-mabukan, berjudi, merampok, hingga menjadi pelacur.

Guna mewujudkan keinginan dan harapannya, Mbah Hasyim Asy'ari mengajak 28 orang santri untuk membersamainya mendirikan pesantren.

28 santri itu terdiri dari 18 orang berasal dari pesantren kakeknya, Kyai Usman. Sementara, 10 orang lagi berasal dari pesantren ayahnya, Kyai Asy'ari.

Baca Juga: Ajengan Ilyas Ruhiyat, Wali dari Tanah Sunda yang Selalu Diminta Pendapatnya Oleh Gus Dur

Kehidupan Tebuireng di masa itu masih sesak dengan warung remang-remang yang berisikan jajaran botol minuman, meja perjudian, hingga barisan kupu-kupu malam yang siap menggoda tamu yang datang.

Keinginan Mbah Hasyim untuk membangun pondok pesantren di Tebuireng tentu bukanlah hal yang mudah.

Keinginannya sempat mendapat pertentangan dan penolakan keras dari berbagai pihak, baik itu dari kerabat maupun keluarga besarnya.

Sebab, Tebuireng bukan lah tempat yang cocok untuk mendirikan pesantren, begitulah kira-kira yang ada di benak mereka.

Baca Juga: Keramat Walisongo: Cara Sunan Giri Taklukkan Bala Tentara Majapahit, Ubah Sawah Jadi Lautan

"Apa jadinya para santri nanti kalau tempat belajarnya berdekatan dengan teman maksiat?" Kata sang kakek, Kyai Usman.

Menanggapi pertanyaan kakeknya, Mbah Hasyim hanya menjelaskan secara singkat mengenai tujuannya tersebut.

"Menyiarkan agama Islam artinya memperbaiki akhlak manusia," jawab Mbah Hasyim Asy'ari singkat.

Kyai Asy'ari juga sempat dibuat bingung dengan keputusan yang diambil oleh putranya itu, beliau kemudian mengajukan beberapa pilihan lain pada Mbah Hasyim.

Baca Juga: Asal Usul Kenapa Hanya Keluarga Kesultanan Kesepuhan yang Dimakamkan di Komplek Pemakaman Sunan Gunung Jati

Mengingat usia Mbah Hasyim yang saat itu baru menginjak 28 tahun, beliau khawatir jika keinginan putranya hanya dilandasi semangat masa muda.

"Apakah keinginanmu itu sudah kamu istikharahi dan pikir masak-masak?" Tanya Kyai Asy'ari memastikan.

"Sudah abah, insya Allah sudah bulat," jawab Mbah Hasyim.

"Kalau itu menyulitkanmu, sebaiknya cari saja tempat yang lain. Tapi kalau itu kau anggap sebagai tantangan berjihad, aku merestuinya," ucap Kyai Asy'ari pada putranya.

Baca Juga: Habib Novel Alaydrus Sebut Habib Rizieq Shihab Seorang Wali Allah, Bukti Ini Disampaikannya

Meski terasa begitu sulit, akhirnya restu itu keluar juga dari mulut Kyai Asy'ari, tentunya hal tersebut dilandasi dengan banyak pertimbangan.

"Kalau tekad dan niatmu sudah bulat, insya Allah abah percaya, itu semua demi kebaikan di masa datang. Tapi dengan santri-santrimu nanti, apa tidak menyulitkan mereka?" Ujar sang ayah.

"Dan yang paling penting, dengan berdirinya pesantren di Tebuireng, apa nanti tidak membuat kesan miring pada pesantren?" Lanjutnya.

Mendengar rentetan pertanyaan yang keluar dari mulut sang ayah, Mbah Hasyim Asy'ari lalu kembali menegaskan bahwa tekad, pertimbangan, dan niatnya sudah bulat untuk mendirikan pesantren di Tebuireng.

Baca Juga: Keramat Walisongo: Kalahkan Jawara Sakti, Sunan Giri Mengubah Angsa Jadi Naga

Beliau juga menyampaikan bahwa niat baiknya mendirikan pesantren di wilayah tersebut tidak lain untuk mengenalkan dan menanamkan nilai-nilai Islam agar masyarakat di sana tidak semakin jauh dari ajaran agama.

Kakek dari Gus Dur itu juga ingin mengajak mereka ke jalan yang seharusnya, jalan di mana hidayah dan berkah dari Allah SWT bisa mereka raih dan rasakan.

Mengetahui niat mulia sang putra, Kyai Asy'ari dengan tegas memberikan doa restunya untuk mendukung keputusan yang telah Mbah Hasyim Asy'ari pilih.

"Baiklah anakku, aku paham, aku mengerti maksud muliamu. Dan sekarang aku mendukung rencanamu, bila nanti ada kerabat yang menentangmu, abah akan menjelaskan pada mereka," terang Kyai Asy'ari memberi restu pada sang putra.

Baca Juga: Ustadz Adi Hidayat Ungkap Keramat yang Dimiliki Gus Baha, Hingga Berikan Julukan yang Luar Biasa

Dengan doa restu dan dukungan dari Kyai Asy'ari, niat Mbah Hasyim Asy'ari untuk mendirikan pesantren semakin kuat dan mantap.

Usai mengantongi restu dari sang ayah, Mbah Hasyim bersama 28 orang santrinya lalu berangkat ke Tebuireng guna mendirikan pesantren.

Di masa awal berdirinya, pesantren Tebuireng hanyalah sebuah bangunan sederhana yang disekat dengan bambu. Namun, dari bangunan sederhana itulah, Mbah Hasyim Asy'ari menyiarkan Islam yang rahmatan lil alamin.

Sebelum menyebarkan Islam di luar, sang kyai terlebih dahulu mendidik para santrinya agar mantap secara lahir dan batin untuk berdampingan dengan kehidupan masyarakat yang penuh maksiat.

Baca Juga: Ustadz Adi Hidayat Ungkap Keramat yang Dimiliki Gus Baha, Hingga Berikan Julukan yang Luar Biasa

Setelah dirasa cukup baik lahir maupun batin, barulah para santrinya diminta untuk mendakwah Islam pada masyarakat sekitarnya.

Mbah Hasyim juga selalu memberi nasihat pada santrinya agar tak bosan-bosan mengingatkan masyarakat yang perilakunya menyimpang dari ajaran agama.

Meski itu bukan hal yang mudah, namun mereka bersedia menjalankan apa yang dinasihatkan oleh Mbah Hasyim untuk mengajak masyarakat sekitar kembali ke fitrahnya.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Novel Biografi KH Hasyim Asy'ari Aguk Irawan MN


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x