PORTAL MAJALENGKA - Siapa yang tak kenal Gus Dur? Dimana ia selalu dikenang dan kuburannya tak pernah sepi oleh para peziarah. Dialah Gus dur, Presiden Republik Indonesia ke-4.
Dikutip Portal Majalengka dari berbagai sumber bahwa Gus Dur merupakan keturunan para raja di Tanah Jawa. Silsilahnya sampai ke tokoh legendaris, Joko Tingkir.
Pria tersebut mempunyai nama lengkap Abdurrahman Wahid. Lahir di Jombang pada Jumat 7 September 1940.
Gus Dur mengakui bahwa tanggal itu merupakan tanggal kelahirannya. Tapi ia tidak merayakan ulang tahun pada tanggal itu. Ia bersama keluarga merayakannya pada setiap Tanggal 4 Agustus.
Perbedaan tersebut karena kesalahpahaman pejabat catatan sipil Denanyar. Pada saat menanyakan kelahiran Gus Dur pada ibunya, Nyai Solichah, beliau menjawab tanggal 4 bulan 8.
Asumsi si pejabat tanggal 4 bulan 8 itu adalah tanggal 4 bulan Agustus. Padahal yang dimaksud ibunda Gus Dur tanggal 4 bulan 8 dalam kalender hijriah atau bulan sya'ban. Tanggal itu bertepatan dengan 7 September 1940.
Silsilah Gus Dur dari pihak ayah dan ibu sangat bagus. Kedua orang tuanya merupakan putra dan putri ulama terkemuka.
Baca Juga: Sang Nabi Menyamar Jadi Petani Temui Mbah Moen, Langsung Lapor ke Wali Senior
Ayahnya KH. Wahid Hasyim seorang Menteri Agama pertama dan merupakan putra dari pendiri ormas terbesar di Indonesia NU (Nahdlatul Ulama).
Sementara ibunya adalah Nyai Solichah putri dari KH. Bisri Syansuri.
Bahkan menurut catatan sejarah, dari sisi ayah Gus Dur masih keturunan dari Raja Brawijaya VI atau raja terakhir kerajaan Majapahit. Brawijaya VI berkuasa di tanah Jawa pada abad ke-16 M.
Sementara putra Brawijaya VI adalah salah satu murid Sunan Giri sekaligus seorang tokoh legendaris, Jaka Tingkir, yang tidak lain kakek moyang Gus Dur.
Baca Juga: Ajaib, Wali Syekh Nurjati Bangun Masjid Sapu Angin Hanya Semalam, Kini di Usia 600 Tahun Tetap Kokoh
Jaka Tingkir adalah adalah orang yang kali pertama menyebarkan agama Islam di wilayah pantai timur laut Pulau Jawa.
Sosok Gus Dur yang menjadi presiden ke-4 Indonesia. Tak hanya pernah menjadi presiden Indonesia, namun Gus Dur juga merupakan sosok ulama besar yang berpengaruh di Indonesi bahkan di dunia.
Semasa hidupnya, Gus Dur yang pernah menjabat sebagai pimpinan NU sempat menjadi oposisi terkuat Soeharto di masa Orde Baru.
Selanjutnya Gus Dur berhasil menjabat sebagai presiden setelah menggantikan kedudukan BJ Habibie, meski sebentar kemudian digulingkan oleh DPR.
Sebagian kisah hidup Gus Dur atau Abdurrahman Wahid ada yang belum diketahui oleh banyak masyarakat Indonesia, salah satunya nama aslinya yang sebetulnya bukan Abdurrahman Wahid.
Adspun Biodata KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur
Nama lengkap: KH Abdurrahman Wahid
Nama asli atau nama lahir: Abdurrahman Addakhil
Nama populer: Gus Dur
Tempat, tanggal lahir: Jombang, 7 September 1940
Tempat, tanggal wafat: Jakarta, 31 Desember 2009
Usia: 69 tahun
Agama: Islam
Hobi: membaca buku
Baca Juga: KISAH MISTIS GUS DUR, Datang Kakek Berjubah Putih dan Berjenggot Panjang: Ini Tempat Lahirnya Wali
Makanan dan minuman favorit: Nasi kikil, nasi padang, limpa gulai, otak sapi gulai, dendeng batoko, jus alpukat
Nama istri: Sinta Nuriyah
Nama anak: Zannuba Ariffah Chafsoh Wahid atau Yenni Wahid, Alissa Qotrunnada Wahid, Anita Hayatunnufus Wahid, Inayah Wulandari Wahid
Nama orang tua: KH Abdul Wahid Hasyim, Nyai Hj. Sholehah
Nama kakek: KH Bisri Sansuri (pihak ibu), KH Hasyim Asy'ari (pihak ayah)
Nama saudara: Salahuddin Wahid
Pendidikan:
- SD KRIS, Jakarta
- SD Matraman Perwari
- Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP), Gowongan
- Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta
- Pondok Pesantren Tegalrejo, Magelang
- Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang
- Al-Azhar University, Kairo, Mesir, Fakultas Syari'ah (Kulliyah al-Syari'ah)
- Universitas Baghdad, Irak, Fakultas Adab, Jurusan Sastra Arab
Baca Juga: KARIR Gus Dur setelah Melakukan Pengembaraan Pendidikan ke Timur Tengah (1): Mulai Jadi Penulis
Karir:
- Guru dan kepala sekolah madrasah
- Staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (Kedubes RI) di Kairo, Mesir
- Kontributor Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES)
- Sekretaris Umum Pesantren Tebu Ireng
- Jurnalis beberapa media berita
- Guru Pesantren Tambakberas
- Guru Kitab Al-Hikam
- Dosen dan Dekan Fakultas Praktik dan Kepercayaan Islam, Universitas Hasyim Asy’ari
- Katib Awwal PBNU
- Ketua Umum Tanfidziyah PBNU
- Ketua Majelis Ulama Indonesia
- Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat RI
- Ketua Dewan Syura DPP PKB
- Presiden ke-4 Indonesia
- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Mustasyar
Baca Juga: Sukses Membalas Kekalahan dari Nomor 1 Dunia, Apriyani/Fadia ke Semifinal Malaysia Open 2022
- Rektor Universitas Darul Ulum, Jombang
- Penasihat Solidaritas Korban Pelanggaran HAM
- Penasihat Gerakan Moral Rekonsiliasi Nasional
- Salah satu pimpinan Koalisi Nusantara Bangkit Bersatu
- Pendiri The WAHID Institute, Indonesia.
Sikap yang mengayomi pada kaum minoritas, baik itu minoritas etnis maupun agama atau segmen kultural lainya, membuat Gus Dur sering kali menghadapi rintangan dan hambatan, dicekal, difitnah, dicaci, bahkan ada ancaman fisik.
Namun dengan tekad yang bulat dan ditambah dengan ketulusan dan kesabaran beliau mengalahkan berbagai hambatan dan tekanan tersebut.
Saat menjadi Presiden, gagasan tentang Pluralisme dan pembelaan terhadap kaum minoritas, langsung direalisasikannya. Pencabutan Inpres No. 14 tahun 1967 yang di keluarkan oleh Premerintahan Presiden Soeharto.
Selanjutnya Gus Dur mengeluarkan PP No.6 tahun 2000 tanggal 31 Maret 2000 tentang penetapan Imlek sebagai Hari Libur Nasional.
Disamping itu yang tidak kalah pentingnya adalah diakuinya agama Konghucu sebagai agama resmi di Indonesia.
Akibat dari itu semua adalah masyarakat Tionghoa di Indonesia mengangkat Gus Dur menjadi Bapak Tionghoa Indonesia pada tanggal 24 Agustus 2014.***