Lava Pijar Muncul di Dasar Lava 1997, BPPTKG: Gunung Merapi Masuk Fase Erupsi 2021

- 6 Januari 2021, 09:40 WIB
Kondisi Gunung Merapi pada Selasa, 5 Januari 2021.
Kondisi Gunung Merapi pada Selasa, 5 Januari 2021. /MAGMA Indonesia

PORTAL MAJALENGKA - Aktivitas vulkanik Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini masih tinggi disertai keluarnya guguran lava pijar.

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan, Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu mulai memasuki fase erupsi 2021.

"Bisa dikatakan Gunung Merapi sudah memasuki fase erupsi tahun 2021," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida saat jumpa pers secara virtual di Yogyakarta, Selasa, 5 Januari 2021, dilansir dari Antara.

Baca Juga: Angin Bertiup Lemah, Gunung Merapi Keluarkan Guguran Material 200 Meter

Hanik juga mengatakan, hal ini baru awal indikasi. Proses ekstrusi magma masih akan terjadi berdasarkan data seismik dan deformasi yang masih tinggi.

Dia mengatakan, munculnya guguran lava pijar dan titik api diam pada Senin 4 Januari 2021 malam menjadi indikasi awal Gunung Merapi memasuki fase erupsi.

"Kemarin tanggal 4 Januari menjelang malam ada fenomena lava pijar. Kemudian kita telusuri terus, kita pastikan apakah benar-benar lava pijar atau tidak dan kita sudah bisa memastikan bahwa itu lava pijar dan api diam," kata dia.

Baca Juga: Pantau Gunung Merapi dari Udara, BPBD: Terdapat Banyak Material Longsoran Baru

Hanik menyimpulkan lava pijar telah muncul di dasar Lava 1997. "Jadi magma sudah muncul di permukaan," kata dia.

Pendaran sinar di Gunung Merapi pada dasarnya sudah teramati melalui CCTV pada 31 Desember 2020 pukul 21.08 WIB. Hal ini, merupakan indikasi awal bakal munculnya api diam dan lava pijar.

"Ternyata sinar yang nampak di CCTV thermal tidak berhenti dan akhirnya kemarin tanggal 4 Januari muncul api diam, lava pijar," kata dia.

Baca Juga: Ini 11 daerah di Jabar yang Siap Selenggarakan Pembelajaran Tatap Muka, Termasuk Majalengka?

Selain itu indikasi memasuki erupsi juga ditunjukkan dengan keberadaan gundukan di puncak Gunung Merapi yang diduga merupakan material baru.

"Ini harus terus kita perhatikan. Kalau ini (gundukan) berkembang maka ini adalah kubah lava baru," ujar Hanik.

Kemudian terdapat pengangkatan atau pengembangan di area puncak merapi. Terpantau dari satelit, yang mengakibatkan sebagian material di puncak mengalami longsor ke arah barat daya.

Baca Juga: Dokter Spesialis Ungkap Cara Kerja Vaksin Covid-19 di Tubuh Manusia

Hanik mengatakan, perilaku Gunung Merapi saat ini berbeda dengan erupsi pada 2006.

Menjelang munculnya kubah lava pada 2006 deformasi atau perubahan bentuk Gunung Merapi mengalami penurunan, meski gempa fase banyak (MP) meningkat.

"Sedangkan sekarang meski indikasi magma sudah di permukaan, tepi EDM (deformasi) masih terus terjadi," kata dia.

Baca Juga: Nih Penampakan Ikan Tuna Rp2 Miliar, Apa Sih Kelebihannya?

Berdasarkan data pemantauan, sampai saat ini erupsi diperkirakan tidak akan sebesar tahun 2010. Namun, menurut Hanik, kemungkinan terjadinya erupsi yang bersifat eksplosif masih ada.

Karena itu, kata dia, hingga kini BPPTKG mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga. Potensi bahaya akibat erupsi Merapi diperkirakan maksimal dalam radius lima kilometer dari puncak.

Ia mengimbau pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III, termasuk kegiatan pendakian ke puncak Gunung Merapi.

Baca Juga: Ternyata Risiko Penularan Covid-19 Kluster Keluarga 10 Kali Lebih Tinggi

"Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta; Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah juga diminta mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan upaya mitigasi bencana akibat letusan Gunung Merapi yang bisa terjadi setiap saat," kata Hanik.***

Editor: Husain Ali

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah