Ini arti Resesi Serta 4 Indikatornya

24 September 2020, 04:34 WIB
Ilustrasi resesi. /Pixabay/Mediamodifier/

PORTAL MAJALENGKA - Indonesia dipastikan masuk resesi akhir September ini setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani menggelar Konferensi Pers menjelaskan kemunduran Ekonomi Indonesia, kemarin Selasa 22 September 2020. 

Apa pengertian Resesi Ekonomi dan Apa Saja Indikatornya?

Kemajuan dan perkembangan suatu negara ditentukan oleh kegiatan ekonominya. Semakin meningkatnya perekonomian, maka negara tersebut semakin dikatakan berhasil. 

Baca Juga: Jika Terjadi Resesi Ekonomi di Indonesia, Angka Pengangguran Diprediksi Membludak

Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini ditandai dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB/GDP) atau pendapatan nasionalnya.

Setiap negara di dunia kian berusaha mendorong perekonomian negara supaya dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini ditandai dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB/GDP) atau pendapatan nasionalnya.

Baca Juga: Siap Hadapi Resesi, Lakukan 4 Hal Ini

Setiap negara di dunia kian berusaha mendorong perekonomian negara supaya dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Berbagai cara dilakukan oleh pemerintah, mulai dari meningkatkan kualitas sumber daya, memperbanyak lapangan pekerjaan, menggenjot nilai ekspor, melakukan perbaikan infrastruktur.

Namun, harapan memang tidak selalu terwujud menjadi kenyataan.

Baca Juga: Cari Tahu Yuk, Perbedaan Istilah Resesi, Krisisi Ekonomi dan Depresi Ekonomi

Pencapaian ekonomi yang makmur dan sejahtera tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor dari luar yang tidak mampu diramalkan sebelumnya bahkan dikendalikan, seperti mekanisme pasar global, dan sebagainya.

Seperti diketahui bersama, faktor eksternal yang terjadi saat ini adalah pandemi virus corona (covid-19) yang sedang melanda dunia, termasuk Indonesia 

Inilah mengapa, akan ada masa di mana sebuah negara mengalami permasalahan perekonomian yang disebut dengan istilah resesi ekonomi.

Baca Juga: Resesi di Depan Mata, Pemerintah Berlakukan Kebijakan Relaksasi Iuran Jaminan Sosial Bagi Pekerja

Dikutip Jakpusnews.com dari laman Wikipedia, arti resesi adalah kemerosotan, atau sebuah kondisi di mana Produk Domestik Bruto (PDB/GDP) mengalami penurunan.

Lebih tepatnya ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal secara berturut-turut (atau lebih dari setahun).

Resesi ekonomi atau kelesuan ekonomi mengakibatkan penurunan secara simultan pada setiap aktivitas di beberapa sektor ekonomi, seperti lapangan kerja, investasi, hingga keuntungan perusahaan.

Baca Juga: Hadapi Resesi, Bupati Majalengka Bentuk Tim Pengendalian dan Pemulihan Ekonomi

Ini menimbulkan efek domino dan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi lainnya. Katakanlah, semakin menurunnya kegiatan investasi, maka tingkat produksi atas barang dan jasa juga akan semakin menurun.

Karena situasi penurunan tersebut, akan ada dampak lain yang terjadi. Misalnya, semakin banyak pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja.

Dampak lain atas penurunan tingkat produksi juga mengakibatkan daya beli masyarakat menurun, yang berimbas pada turunnya keuntungan perusahaan.

Baca Juga: Kasus Covid-19 di Majalengka Terus Bertambah, Kini 6 Orang ASN di Kantor Pelayanan Publik

Maka penting sekali mencari jalan keluar untuk mencegah atau menanggulangi permasalahan resesi ekonomi ini.

Sebab, jika tidak segera diatasi, resesi ekonomi yang berlangsung dalam jangka waktu lama akan beralih kondisi menjadi lebih buruk. bisa menjadi keadaaan yabg disebut depresi ekonomi.

Depresi ekonomi bisa berakibat fatal bagi perekonomian suatu negara, di mana negara akan mengalami kebangkrutan atau kolaps. Ketika sudah berada dalam tahap berbahaya ini, pemulihan perekonomian akan lebih sulit dilakukan.

Ada indikator-indikator yang menjadi tolok ukur suatu negara mengalami resesi ekonomi. Apa saja? dilansir Koinworks poin-poinnya sebagai berikut.

Baca Juga: Uji Klinis Tahap II Vaksin GX 19 Digelar Oktober

1. Pertumbuhan ekonomi yang lambat atau menurun selama dua kuartal (enam bulan) berturut-turut

Seperti diketahui, perkembangan ekonomi digunakan sebagai tolok ukur dalam menentukan baik buruknya kondisi perekonomian suatu negara.

Jika negara tersebut mengalami pertumbuhan yang positif (naik), maka kondisi ekonomi negara tersebut dikatakan baik. Berlaku juga sebaliknya.

Pertumbuhan ekonomi ini mengacu pada pendapatan nasional (PDB/GDP) yang merupakan jumlah total dari konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, serta ekspor (dikurangi nilai impor).

Baca Juga: Pemerintah Revisi Pertumbuhan Ekonomi, Prediksi Minus 1,7% sampai Minus 0,6%

Apabila pendapatan nasional suatu negara mengalami kemerosotan selama enam bulan berturut-turut, dari tahun ke tahun, maka dapat dipastikan bahwa negara tersebut mengalami resesi ekonomi.

Seperti dijelaskan Bendaraha Negara Indonesia (Menteri Keuangan), Sri Mulyani, setelah kuartal kedua mengalami kontraksi negatif 5,32% dan kuartal ketiga akhir September ini juga diramalkan masih minus 2,9%. Maka resesi ekonomi sudah terjadi.

Baca Juga: Karyawan Perusahaan Terpapar Covid-19, Biaya Ditanggung Pemerintah

2. Terjadi Inflasi atau Deflasi yang Tinggi

Indikator selanjutnya adalah terjadinya peningkatan inflasi dan deflasi yang berlebihan.

Inflasi memang sangat berguna untuk alasan dan kepentingan tertentu, namun jika terlalu tinggi dikhawatirkan akan mempersulit kondisi ekonomi masyarakat.

Inflasi tinggi, itu berarti harga produksi dan komoditas menjadi mahal sehingga tidak mampu dijangkau oleh masyarakat, khususnya bagi kalangan menengah ke bawah.

Baca Juga: Jokowi : Indonesia Bridge Builder, Dukung Palestina Merdeka

Kondisi perekonomian akan semakin parah jika kenaikan inflasi tersebut tidak diikuti dengan daya beli masyarakat yang tinggi.

Sri Mulyani juga sudah mengungkap kondisi daya beli masyakat Indonesia atau konsumsi Rumah Tangga kontraksi Minus 3% sampai minus -1,5%.

Selain inflasi, deflasi yang tinggi juga bisa menyebabkan resesi ekonomi. Harga komoditas yang menurun secara drastis ternyata mampu mempengaruhi tingkat pendapatan dan laba perusahaan.

Baca Juga: Ibadah Umrah Kembali Dibuka 4 Oktober 2020

3. Nilai impor lebih besar daripada nilai ekspor

Aktivitas ekspor dan impor perlu dilakukan untuk menjalin kerja sama ekonomi dengan negara Internasional. Dengan adanya kegiatan ekspor dan impor barang, kebutuhan akan suatu produk di masing-masing negara akan terpenuhi dengan baik.

Bagi negara yang kekurangan komoditas karena tidak mampu melakukan produksi sendiri, bisa memilih untuk mengimpor dari negara lain. Sementara, bagi negara yang memiliki komoditas lebih maka bisa melakukan ekspor ke negara lain yang membutuhkan.

Namun, untuk kestabilan perekonomian negara, jangan sampai aktivitas impor lebih besar dibandingkan ekspor. Ini bisa berisiko defisit anggaran negara, hingga akhirnya pendapatan nasional akan menurun. Buruknya lagi, negara akan mengalami resesi ekonomi.

Dalam paparannya Sri Mulyani memprediksi kegiatan ekspor Indonesia mengalami kontraksi -13,9% sampai -8,7%, sedangkan impor juga kontraksi negatif sebesar -26,8% sampai -16%.

Baca Juga: Manchester United Tertarik Pakai Jasa Ousmane Dembele

4. Tingkat pengangguran tinggi

Sumber daya manusia berupa tenaga kerja menjadi salah satu faktor dalam produksi yang memiliki peran penting dalam perekonomian bangsa.

Apabila negara tidak mampu menciptakan atau menyediakan lapangan kerja bagi pekerja lokal, maka tingkat pengangguran akan semakin tinggi.

Akibatnya, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup cenderung rendah sehingga memicu tindakan kriminal pada masing-masing anggota masyarakat.

Baca Juga: Pemimpin Sunda Empire Takluk Oleh Pengadilan Negeri Bandung, Mereka Dituntut 4 Tahun Penjara

Negara yang tingkat penganggurannya tinggi, bisa diindikasikan akan mengalami resesi dalam waktu dekat. Buruknya lagi, tidak ada yang bisa memprediksi itu.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka pengangguran di Indonesia bertambah menjadi 6,88 juta orang pada Februari 2020 lalu. itu baru data Februari, bagaimana dengan September ini di tengah pandemi yang masih berlangsung, bisa diramalkan angkanya pasti sudah bertambah.

Artikel ini telah tayang sebelumnya di Jakpusnews.com dengan judul Resesi Adalah Kemunduran atau Kemerosotan Ekonomi, Ini Empat Indikatornya.***(Dede Murdy/Jakpusnews.com)

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Jakpusnews.com

Tags

Terkini

Terpopuler