Sejarah Singkat dan Kelam Gerakan 30 September atau G30S/PKI

20 September 2022, 13:34 WIB
Monumen Lubang Buaya tempat tewasnya 7 Jenderal TNI dari adanya pergerakan G30S PKI /Instagram @yuriadiputra/

PORTAL MAJALENGKA - Bulan September ini mempunyai banyak fakta sejarah yang terjadi di dalamnya.

Dalam catatan sejarah, yang juga dijadikan sebagai hari peringatan nasional adalah peristiwa Gerakan 30 September atau yang lebih dikenal dengan sebutan G30S/PKI.

Peristiwa ini terjadi dimulai pada tanggal 30 September sampai 1 Oktober tahun 1965 di daerah Jakarta dan Yogyakarta, dimana ke 6 perwira tinggi dan satu perwira menengah TNI AD dibunuh dalam usaha kudeta.

Baca Juga: Kekejaman PKI Terhadap 2 Anak yang Otomatis Jadi Yatim Piatu Saat Kedua Orang Tuanya Dibunuh

Gerakan ini memiliki tujuan untuk menggulingkan pemerintahan presiden Soekarno dan merubah Indonesia menjadi negara komunis.

Pemimpin dari gerakan ini sendiri yaitu DN Aidit, selaku ketua Parta Komunis Indonesia (PKI).

Pada tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, Letkol Untung, yang merupakan anggota pengawal istana (Pasukan Cakrabirawa) memimpin pasukan yang memiliki loyalitas terhadap PKI.

Baca Juga: Kisah Tragis Mantan Gubernur Jawa Timur Pertama yang Menjadi Korban PKI pada 10 November 1948

Gerakan ini mengincar perwira-perwira tinggi TNI AD Indonesia. Korban dari gerakan ini berjumlah 6 orang, 3 diantaranya dibunuh di dalam kediamannya, sedangkan yang lainnya diculik dan dibawa menuju lubang buaya.

Diantara ke 6 jendral tersebut adalah:

1. Letjend. Anumerta Ahmad Yani.

2. Mayjend. Raden Suprapto.

3. Mayjend. Mas Tirtodarmo Haryono.

4. Mayjend. Siswondo Parman.

5. Brigjend. Donald Isaac Panjaitan.

6. Brigjend. Siwodiharjo

Sementara ini dala versi ini panglima TNI AH Nasution berhasil meloloskan diri, akan tetapi putrinya yang bernama Ade Irma Nasution tewas tertembak dan ajudannya Lettu Pierre Andreas Tandean diculik dan ditembak di Lubang Buaya.

Ke 6 jendral yang disebutkan di atas beserta dengan Lettu Pierre Andreas Tandean ditetapkan sebagai pahlawan revolusi. Semenjak berlakunya UU Nomor 20 tahun 2009, gelar ini diakui sebagai pahlawan nasional.

Setelah peristiwa G30S/PKI tersebut, rakyat menuntut untuk membubarkan PKI. Kemudian Presiden Soekarno memerintahkan kepada Mayjend. Soeharto untuk membersihkan semua unsur pemerintahan dari pengaruh PKI.

Mendapat perintah demikian, Mayjend. Soeharto pun bergerak dengan cepat. PKI dianggap sebagai motor penggerak kudeta, para tokohnya diburu dan ditangkap, termasuk DN Aidit yang sempat melarikan diri ke Jawa Tengah akan tetapi berhasil ditangkap juga.

Anggota organisasi yang dianggap simpatisan atau terkait dengan PKI juga ditangkap. Organisasi-organisasi tersebut antara lain Lekra, CGMI, Pemuda Rakyat, Barisan Tani Indonesia, Gerakan Wanita Indonesia dan lain-lain.

Berbagai kelompok masyarakat juga menghancurkan markas PKI yang ada di berbagai daerah. Mereka juga menyerang lembaga, toko, kantor dan universitas yang dituding terkait PKI.

Pada akhir 1965, diperkirakan sekitar 500.000 hingga satu juta anggota dan pendukung PKI diduga menjadi korban pembunuhan. Sedangkan ratusan ribu lainnya diasingkan di kamp konsentrasi. ***

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler