PROFIL Lengkap Gus Dur, Trah Majapahit Jalur Joko Tingkir dan Jalur Ayahnya Pendiri NU KH Hasyim Asy’ari

3 Maret 2022, 17:45 WIB
Gus Dur memiliki jalur keturunan Joko Tingkir dari Mbah Hasyim Asy'ari, tokoh pendiri NU. /NUO/

PORTAL MAJALENGKA - Namanya selalu dikenang dan kuburannya tak pernah sepi oleh para peziarah. Dialah Gus Dur, Presiden Republik Indonesia ke-4.

Siapa yang tidak kenal Gus Dur, ulama  yang memiliki intelektualitas yang sangat luar biasa.

Dikutip Portal Majalengka dari berbagai sumber, Gus Dur merupakan keturunan para raja di Tanah Jawa. Silsilahnya sampai ke tokoh legendaris, Joko Tingkir.

Pria tersebut mempunyai nama lengkap Abdurrahman Wahid. Lahir di Jombang, Jumat 7 September 1940. 

Baca Juga: Kisah Nyata Keramat Kewalian Gus Dur, Ilmu Kesaktian Melipat Bumi Diceritakan Langsung Cak Masnuh

Gus Dur mengakui tanggal itu merupakan tanggal kelahirannya. Tapi ia tidak merayakan ulang tahun pada tanggal itu. Dia bersama keluarga merayakannya setiap tanggal 4 Agustus.

Perbedaan tersebut karena kesalahpahaman pejabat catatan sipil Denanyar. Pada saat menanyakan kelahiran Gus Dur pada ibunya, Nyai Solichah menjawab tanggal 4 bulan 8.

Asumsi si pejabat tanggal 4 bulan 8 itu adalah tanggal 4 bulan Agustus. Padahal yang dimaksud ibunda Gus Dur tanggal 4 bulan 8 dalam kalender hijriah atau bulan Sya’ban. Tanggal itu bertepatan dengan 7 September 1940.

Silsilah Gus Dur dari pihak ayah dan ibu sangat bagus. Kedua orang tuanya merupakan putra dan putri ulama terkemuka.

Baca Juga: Angelina Sondakh Resmi Bebas Dari Masa Tahanan, Jalani Cuti Menjelang Bebas

Ayahnya, KH Wahid Hasyim, seorang Menteri Agama pertama dan merupakan putra dari pendiri ormas terbesar di Indonesia NU (Nahdlatul Ulama).

Sementara ibunya adalah Nyai Solichah putri dari KH Bisri Syansuri.

Bahkan menurut catatan sejarah, dari sisi ayah Gus Dur masih keturunan Raja Brawijaya VI atau raja terakhir kerajaan Majapahit. Brawijaya VI berkuasa di tanah Jawa abad ke-16 M.

Sementara putra Brawijaya VI adalah salah satu murid Sunan Giri sekaligus seorang tokoh legendaris, Joko Tingkir, yang tidak lain kakek moyang Gus Dur.

Joko Tingkir adalah adalah orang yang kali pertama menyebarkan agama Islam di wilayah pantai timur laut Pulau Jawa.

Baca Juga: Uraaa, Kata-kata Vladimir Putin Beri Semangat Kepada Prajuritnya Sebelum Invasi Ukraina

Tidak hanya pernah menjadi presiden Indonesia, namun Gus Dur juga merupakan sosok ulama besar yang berpengaruh di Indonesi bahkan di dunia.

Semasa hidupnya, Gus Dur yang pernah menjabat sebagai pimpinan NU sempat menjadi oposisi terkuat Soeharto di masa Orde Baru.

Selanjutnya Gus Dur berhasil menjabat sebagai presiden setelah menggantikan kedudukan BJ Habibie, meski sebentar kemudian digulingkan oleh DPR.

Sebagian kisah hidup Gus Dur atau Abdurrahman Wahid ada yang belum diketahui oleh banyak masyarakat Indonesia, salah satunya nama aslinya yang sebetulnya bukan Abdurrahman Wahid.

Baca Juga: Film Garis Waktu Diadaptasi dari Novel Karya Fiersa Besari, Ini 10 Quotes Puitis dalam Novelnya Part 2

Berikut Biodata KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur:

Nama lengkap: KH Abdurrahman Wahid

Nama asli atau nama lahir: Abdurrahman Addakhil

Nama populer: Gus Dur

Tempat tanggal lahir: Jombang, 7 September 1940

Tempat, tanggal wafat: Jakarta, 31 Desember 2009

Agama: Islam

Hobi: membaca buku

Makanan dan minuman favorit: Nasi kikil, nasi padang, limpa gulai, otak sapi gulai, dendeng batoko, jus alpukat

Nama istri: Sinta Nuriyah

Nama anak: Zannuba Ariffah Chafsoh Wahid atau Yenni Wahid, Alissa Qotrunnada Wahid, Anita Hayatunnufus Wahid, Inayah Wulandari Wahid

Nama orang tua: KH Abdul Wahid Hasyim, Nyai Hj Solichah

Nama kakek: KH Bisri Sansuri (pihak ibu), KH Hasyim Asy’ari (pihak ayah)

Nama saudara: Salahuddin Wahid

Baca Juga: BMKG Imbau Warga Waspada Potensi Hujan Lebat Disertai Angin Kencang di Sejumlah Daerah, Ada Siklon Tropis 95S

Pendidikan:

- SD KRIS, Jakarta

- SD Matraman Perwari

- Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP), Gowongan

- Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta

- Pondok Pesantren Tegalrejo, Magelang

- Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang

- Al-Azhar University, Kairo, Mesir, Fakultas Syari’ah (Kulliyah al-Syari’ah)

- Universitas Baghdad, Irak, Fakultas Adab, Jurusan Sastra Arab

Baca Juga: Mobile Banking BCA Error Kini Kembali Normal, Berikut Penyebab dan Cara Pemulihannya

Karir:

- Guru dan kepala sekolah madrasah

- Staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (Kedubes RI) di Kairo, Mesir

- Kontributor Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES)

- Sekretaris Umum Pesantren Tebu Ireng

- Jurnalis beberapa media berita

- Guru Pesantren Tambakberas

- Guru Kitab Al-Hikam

- Dosen dan Dekan Fakultas Praktik dan Kepercayaan Islam, Universitas Hasyim Asy’ari

- Katib Awwal PBNU

- Ketua Umum Tanfidziyah PBNU

- Ketua Majelis Ulama Indonesia

- Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat RI

- Ketua Dewan Syura DPP PKB

- Presiden ke-4 Indonesia

- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Mustasyar

- Rektor Universitas Darul Ulum, Jombang

- Penasihat Solidaritas Korban Pelanggaran HAM

- Penasihat Gerakan Moral Rekonsiliasi Nasional

- Salah satu pimpinan Koalisi Nusantara Bangkit Bersatu

- Pendiri The WAHID Institute, Indonesia.

Baca Juga: Long Weekend Isra Mi'raj, PT KAI Persero Layani 469.491 Pelanggan Kereta Api

Sikap yang mengayomi pada kaum minoritas, baik itu minoritas etnis maupun agama atau segmen kultural lainya membuat Gus Dur sering menghadapi rintangan dan hambatan, dicekal, difitnah, dicaci, bahkan ada ancaman fisik.

Namun dengan tekad yang bulat dan ditambah dengan ketulusan dan kesabaran beliau mengalahkan berbagai hambatan dan tekanan tersebut.

Saat menjadi Presiden, gagasan tentang pluralisme dan pembelaan terhadap kaum minoritas langsung direalisasikan, dengan pencabutan Inpres Nomor 14 tahun 1967 era pemerintah Presiden Soeharto.

Selanjutnya Gus Dur mengeluarkan PP Nomor 6 tahun 2000 tanggal 31 Maret 2000, tentang penetapan Imlek sebagai Hari Libur Nasional.

Baca Juga: Antisipasi Fluktuasi Harga Bahan Pangan Jelang Ramadhan, Anies: Kami Pantau dari Dekat

Disamping itu yang tidak kalah pentingnya adalah diakuinya agama Konghucu sebagai agama resmi di Indonesia.

Masyarakat Tionghoa di Indonesia mengangkat Gus Dur menjadi Bapak Tionghoa Indonesia pada tanggal 24 Agustus 2014. *

Editor: Ayi Abdullah

Tags

Terkini

Terpopuler