Pada 1863, PG Jatiwangi di bawah pimpinan R. Twiss telah memiliki lahan pertanian tebu seluas 500 bouw atau 400 ha.
Dengan luas lahan 400 ha tersebut, PG Jatiwangi mampu menghasilkan produk berupa gula sebanyak 982 ton.
Kemudian lahan pun diperluas seiring dengan perluasan bangunan PG Jatiwangi. Pada 1901 luas lahan meningkat menjadi 1163 bouw atau 930,4 ha.
Baca Juga: Ada Candi hingga Tambang Emas, Berikut 5 Penemuan Unik di Bawah Tanah Majalengka
Seiring luasnya lahan, maka produksi gula pun meningkat di PG Jatiwangi menjadi 80 ribu pikul atau setara dengan 5 ribu ton.
Tak puas dengan kapasitas yang semakin banyak, PG Jatiwangi kemudian memperluas kembali bangunannya pada 1914.