Setelah berkeliling pusat kota, ada satu hal yang bisa disimpulkan sementara. Probolinggo tak ubahnya seperti Pekalongan. Jalan Raya Pos yang kini menjadi jalur nasional, mengubah wajah Probolinggo menjadi pusat pemerintahan sejak kota ini ditinggalkan VOC.
Posisi gedung pemerintahan, satu per satu berdiri pada pertengahan abad ke-19 lantaran keberadaan jalan raya ini.
Baca Juga: Kisah Nyata Habib Luthfi bin Yahya Melarang Gus Dullah Pergi Umroh?
Perkembangan kota terjadi di Jalan Suroyo yang dulu disebut dengan Heerenstraat. Di jalur ini, terlihat Heerenstraat menjadi titik awal sekaligus sumbu utama dari per
kembangan kota dengan didirikannya beberapa bangunan semisal gereja, kantor pemerintahan, kantor pos, yang kemudian menghubungkan dengan kantor bupati di alun-alun kota.
Dari jalur ini, kawasan pemerintahan terbangun dalam skema segi empat, seperti sebelumnya, kawasan serupa di kompleks pemerintahan Jetayu yang didirikan di Pekalongan.
Baca Juga: Jembatan Merah Jadi Saksi Pertempuran Arek-arek Suroboyo
Yang membedakannya, kompleks pemerintahan ini kembali terhubung dengan pusat perniagaan Probolinggo dekat pelabuhan dan tangsi militer dan Benteng Belanda.
Jalur birokrasi ini, kembali terhubung dengan Jalan Raya Pos yang kini menjadi jalur nasional menuju kota-kota selanjutnya di timur.
Satu hal menarik tentang Benteng Belanda di Probolinggo. Bangunan itu masih dapat terlihat, lokasinya tepat berada di belakang Stasiun Probolinggo.