Menuju Panarukan, Kota Terakhir Rute Jalan Raya Pos Warisan Daendels

- 5 September 2022, 08:11 WIB
Mercusuar Cikoneng diyakini titik nol pembangunan jalan Anyer-Panarukan, yang digarap pada masa penjajahan Belanda, dan memakan banyak korban jiwa.
Mercusuar Cikoneng diyakini titik nol pembangunan jalan Anyer-Panarukan, yang digarap pada masa penjajahan Belanda, dan memakan banyak korban jiwa. /dispar.bantenprov.go.id

Sejak 1740, VOC dapat menguasai pantai utara Pulau Jawa termasuk Pasuruan.

VOC menganggap Kota Pasuruan sebagai kota bandar karena kemantapan posisi pelabuhannya untuk sarana transportasi perdagangan. Pasuruan bahkan terus berkembang pesat bahkan ketika VOC dinyatakan bubar. 

Baca Juga: Jembatan Merah Jadi Saksi Pertempuran Arek-arek Suroboyo

Pemerintahan Belanda tetap dianggap penting bagi pengem bangan transportasi pemerintah kolonial.

Pada 1916 peme rintah Belanda menetapkan Pasuruan berstatus Kota Pasuruan lewat Staatgementee van Pasuruan pada Juli 1916, sebuah penetapan Pelabuhan Pasuruan sejak 1926.

Status yang diberikan dari pemerintah Kerajaan Belanda tetap dianggap penting bagi pengembangan transportasi peme rintahan kolonial Hindia Belanda.

Baca Juga: MENGENAL Jenis-Jenis Ikan Platy, Ikan Hias Cantik dengan Harga Ekonomis

Pemerintah Belanda menetapkan Stadsgemeente van Pasuruan pada Juli 1916 , sebuah status kotapraja bagi Pasuruan, sepuluh tahun kemudian, menetapkan pelabuhannya menjadi Pelabuhan Pasuruan

Pelabuhan Pasuruan terkenal dengan nama Pelabuhan Tanjung Tembikar. Sebuah nama yang diambil dari lokasi pelabuhan yang dulunya merupakan pangkalan pedagang tembikar besar

Pelabuhan Pasuruan menjadi pelabuhan terbesar dalam perniagaan di berbagai bidang. Dari pelabuhan inilah, banyak hasil bumi dari berbagai daerah dikirim ke berbagai daerah di pulau Jawa, Sumatera hingga Eropa.

Halaman:

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Buku Napak Tilas Jalan Daendels


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x