Melihat Lebih Dekat 'Kampung Mati' di Majalengka yang Viral di Media Sosial

- 4 Februari 2021, 12:35 WIB
Seorang warga Dusun Torikolot Desa Sidamukti, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka, yang masih bertahan sedang menjemur kacang. Kampung Torikolot menjadi 'kampung mati' setelah ditinggalkan sebagian besar penduduknya akibat ancaman bencana pergerakan tanah.
Seorang warga Dusun Torikolot Desa Sidamukti, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka, yang masih bertahan sedang menjemur kacang. Kampung Torikolot menjadi 'kampung mati' setelah ditinggalkan sebagian besar penduduknya akibat ancaman bencana pergerakan tanah. /Andra Adyatama/Portal Majalengka

PORTAL MAJALENGKA - Belakangan viral di media sosial terkait 'kampung mati' di Dusun Torikolot Desa Sidamukti dan Kampung Cibadak, Kelurahan Cijati, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka.

Sebutan kampung mati bermula dari Youtuber dengan kanal Bucin TV. Dalam tayangan itu Bucin TV menyebutnya kampung mati karena Dusun Torikolot Desa Sidamukti dan Kampung Cibadak Kelurahan Cijati, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka tersebut sudah lama ditinggal penduduknya.

Dusun Torikolot dan Kampung Cibadak memang sudah lama ditinggal sebagian besat penduduknya hingga kini dikenal dengan 'kampung mati'. Karena bahaya pergerakan tanah yang seringkali terjadi mengancam warga.

Baca Juga: Pergerakan Tanah di Lemahsugih Majalengka, Dapur Rumah Warga Roboh

Kini hanya beberapa kepala keluarga saja yang masih bertahan di 'kampung mati' tersebut. Selebihnya memilih mengungsi ke wilayah lain.

Untuk lebih dekat melihat kampung mati tersebut, Portal Majalengka mendatangi lokasi. Bagaimana kondisi Dusun Torikolot dan Cibadak yang viral di media sosial sebagai kampung mati? Berikut penelusuran Portal Majalengka.

Rusdiyana, 54 tahun, tampak kaget ketika ada tamu yang mengucapkan salam. Rumahnya berdinding batu-bata bersemen itu masih kokoh.

Baca Juga: Diduga Akibat Aliran Pendek Listrik, Enam Rumah Hangus Terbakar di Cianjur

Namun, di sekelilingnya tampak sepi, sunyi.
Jemuran pakaiannya masih tersampir pada seutas tambang, yang terpasang pada dahan satu pohon dengan pohon mangga lainnya. Suasana ini mirip anak-anak pramuka yang tengah menjalani sesi berkemah.

Ayam dan anjing masih terlihat banyak di kampung ini. Sementara, Rusdiyana bersama istrinya, Komariyah, seolah hanya tinggal berdua saja. Rumah itu awalnya tertutup rapat. Baik jendela maupun pintu. Menimbulkan kesan angker dan rasa takut.

Rumah lain di sekelilingnya sudah tak berpenghuni. Tampak bangunan rumah yang terbengkalai. Pintu-pintu rumah dan jendela rumah tetangganya telah dimakan rayap, jendelanya terbuka dan baut engselnya sudah banyak yang lepas.

Baca Juga: Pemkot Cirebon Anggarkan Rp20 Miliar Guna Penanganan Covid-19

Cat-cat dindingnya mengelupas, buram. Lapuk tak terawat diterpa terus menerus sinar matahari dan hujan lebat, selama lebih dari lima tahun.

Sebagian besar atap-atap rumah di kampung Tarikolot Desa Sidamukti dan Kampung Cibadak Kelurahan Cijati, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka, itu masih utuh. Dan, hanya sebagian kecil saja rumah-rumah Dusun Tarikolot dan  Kampung Cibadak, yang masih dihuni.

Kampung ini setengah hidup. Warganet menyebutnya kampung mati. Ada benarnya juga.

Baca Juga: Produk Unggulan Daun Teh dari Purwakarta Didorong Tembus Pasar Ekspor

“Ini rumah saya, saya tak mau pindah. Lagipula rumah ini berada di tempat datar, tak seperti rumah lainnya yang berada di tanah miring,” ucapnya kepada Portal Majalengka, Selasa 2 Februari 2021. 

Dalam penuturannya, Rusdiyana bersama sang istri baru menempati rumah tersebut sebulan yang lalu. Hanya saja mereka berdua, enggan menjelaskan ihwal detail maupun kronologi alasan menempati rumah itu.

“Kalau yang lain sudah pada pindah ke tempat relokasi di Blok Awilega,” ujarnya.

Baca Juga: BMKG: Sudah Ada Peringatan Dini Cuaca saat Pesawat SJ 182 akan Lepas Landas

Lima puluh meter dari rumah Rusdiyana, tampak sejumlah warga lain yang mayoritas ibu-ibu sudah sepuh. Dua perempuan paruh baya itu terlihat tengah beraktivitas menjemur kacang tanah.

Saat ini memang tengah musimnya panen kacang. Biji-bijian itu biasa dijadikan bahan utama membuat sambal karedok dan sambal pecel.

“Mungkin ada sekitar 30 rumah-an yang masih dihuni di sini. Kami bertahan, karena masih aman. Yang lain pindah, karena rumah mereka berada di tanah miring yang rawan longsor,” ujar pria lainnya, Karmidi, 50 tahun.

Baca Juga: Begal di Cirebon Ditangkap Polisi

Menurut Karmidi, ia telah tinggal di kampung Tarikolot Sidamukti itu sudah 36 tahun lamanya. Ia pertama kali menempati kampung itu ketika dibawa oleh mendiang istrinya.

“Sejak saya menikah dengan istri, saya tinggal di kampung ini. Sekarang saya tinggal sendirian, istri saya sudah tiada,” ungkapnya.

Sepengetahuan Karmidi, di kampung itu tadinya ada 100 rumah yang dihuni dan ditempati. Namun sejak ada pergerakan tanah dan longsor yang menimpa kampung Tarikolot, berangsur-angsur warga mulai berpindah ke tempat yang lebih aman.

Baca Juga: Jawaban KNKT soal Informasi Penyebab Kecelakaan Sriwijaya Air SJ 182

“Saat ini saja, jalan ke sini dekat jembatan sudah rusak lagi, karena longsor dan tanahnya bergerak. Tapi di rumah saya masih aman. Makanya saya bertahan, kebun saya juga dekat sini,” ungkapnya.

Sementara itu, di lokasi kampung tersebut, Wakapolsek Majalengka, Iptu Agus Purwanto didampingi Babinsa kedua wilayah itu, Wijaya Kesuma dan Andik, ketika diwawancara mengatakan, kampung yang disebut kampung mati itu ada dua wilayah yakni Kampung Tarikolot Desa Sidamukti, satunya kampung Cibadak Kelurahan Cijati. Semuanya ada 11 Kepala Keluarga (KK).

“Empat KK masuk wilayah Tarikolot, tujuh KK masuk Cibadak. Kami berharap mereka sesegera mungkin untuk pindah, dilihat dari lokasi sangat rawan longsor. Lebih baik pindah dulu,” ungkapnya.

Baca Juga: Polisi Tangkap Pencuri Bermodus Pecah Kaca Mobil di Parkiran Kota Cirebon

Soal masih adanya warga yang lalu lintas di kedua kampung itu, diakui oleh petugas dari Polri dan TNI itu. Karena masih banyaknya petani yang menggarap kebunnya di wilayah tersebut.

“Sehingga, sebagian warga masih berlalu-lalang ke wilayah Tarikolot dan Cibadak. Tapi kalau sore mereka pulang ke rumahnya di tempat lain,” ucapnya.***

Editor: Husain Ali


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah