PORTAL MAJALENGKA - Penelusuran Jalan Raya Pos atau lebih dikenal Jalan Anyer Panarukan kali ini membahas sekitar Tuban, Jawa Timur.
Jalan poros yang dibangun Gubernur Jenderal Hindia Belanda Daendels itu memanjang dari ujung Barat hingga Timur Pulau Jawa.
Selepas Kota Tuban, Jalan Raya Pos meluncur ke timur menghampiri pantai. Panorama laut lepas terlihat jelas.
Baca Juga: Kisah Abu Nawas Menipu Komandan, Mencari Tempat Bersenang-senang Ditunjukkan Kuburan
Satu dua kelompok masyarakat sekitar menjadikan titik ini tempat mendulang usaha. Kerajinan hasil laut hingga penganan ikan bakar menjadi primadona di kawasan ini.
Juga, saat penulis melintas di wilayah pesisir utara selepas pusat Kota Tuban. Terdapat satu tempat pelelangan ikan (TPI), Luhgong namanya. TPI itu menunjukkan denyut kehidupan ekonomi yang kasat mata.
Keunikan lain dari jalur ini, semua orang kenal dan mengetahui Daendels, sang pencabut nyawa pekerja rodi pribumi.
Baca Juga: Tuban, Gerbang Terakhir Jalan Anyer Panarukan Warisan Daendels
Hanya, pamor Daendels tak lebih dari sekadar nama sebuah jalan. Soal kelam kepemimpinannya di Tanah Jawa tak terlalu masyhur.
Dari kebanyakan cerita yang tertangkap oleh telinga, masyarakat di sini hanya mengenal Daendels sebagai 'kompeni'.
Memang, selepas Kota Tuban, jalan ini bernama Jalan Raya Daendels. Nama Jalan Raya Daendels muncul di jalur utara saat jalan ini menemui percabangan yang memisahkan jalur untuk ke daerah Lamongan di wilayah selatan.
Baca Juga: Rompi Ontokusumo Sunan Kalijaga Dapat Kalahkan Kesaktian Nyi Roro Kidul: Kisah Walisongo
Akhirnya, didapat kesimpulan, jalur Daendels digunakan sebagai penentu bahwa Groote Postweg dibangun mutlak di pesisir utara. Dari jalur ini, ditemukan banyak sisa-sisa peninggalan Belanda.
Beberapa deret bangunan tertancap papan Jalan Raya Daendels sebagai lokasinya. Uniknya, Daendels tertulis
dengan berbagai gaya. Ada yang tertulis Daendeles, Deandeles, Dendels, dan Dendles. Google Maps yang seharian ada di tangan menjadi salah satu pembuktian ulang betapa Daendels bertebaran di jalur ini.
Baca Juga: IMBAS HARGA BBM NAIK, Jokowi Dapatkan ini dari Rakyat Indonesia
Dari mesin pencari lokasi itu, terlihat jalur Daendels membentang hingga di daerah Gresik. Artinya, jalur dengan nama Jalan Raya Daendels ini membentang sepanjang 95 kilometer.
Satu hal yang menambah catatan sepanjang perjalanan. Jika diperhatikan sepanjang jalur lepas Kota Tuban, jalur ini membelah beberapa area pemakaman di tepian hutan.
Hal ini kemudian disebut sebagai bukti kuat merupakan sisa-sisa korban proyek jalur Daendels.
Baca Juga: KISAH KOCAK Wali Sufi Abu Nawas Ramal Kematian Abu Jahil
Dulu, ratusan bahkan ribuan mayat bergelimpangan di pinggiran Jalan Raya Pos. Nyawa yang putus dari raga akibat mati kelaparan dan serangan malaria.
“Tadinya dikuburkan dengan cara sekadarnya," kata pemerhati sejarah Tuban lainnya, Joko Wahono, seperti dikutip dari Buku Napak Tilas Jalan Daendels karya Angga Indrawan.
Tak banyak catatan maupun dokumen Belanda yang menyebutkan berapa banyak korban jiwa yang melayang di Tuban.
Baca Juga: BESARAN BANSOS BBM atau BLT BBM, Cara Mudah Mendapatkannya, Cek Melalui Link ini
Namun, rasanya, jika melihat kondisi Tuban hari ini pun, bakal menjadi perkara sulit untuk membangun jalan.
Sebagian dari beberapa daerah ini masih suram dengan beberapa rawa maupun hutan di sepanjang pinggir kanan dan kiri jalan.
Perjalanan melanjut lantaran senja hampir mendekat. Dari jendela mobil terlihat daerah Brondong, Paciran, dan Panceng memiliki nuansa heritage begitu kentara.
Baca Juga: FAKTA TERBARU, Makin Terbuka Ferdy Sambo Akui Rekayasa Pembunuhan Brigadir J di Duren Tiga
Bangunan gaya kolonial, pecinan, dan Arab menjadi padu membikin daerah ini menjadi salah satu sentra bisnis di Tuban.
Butuh satu jam perjalanan, kira-kira 65 kilometer sampai di Sidayu, salah satu daerah yang mempunyai peran penting dalam periode kolonialisasi.
Hanya, untuk sampai ke kota ini, Jalan Raya Pos patah tajam ke selatan. Ini berkaitan dengan kondisi daerah ini yang masih tertutup hutan lebat.***