Juwana Kota Penting Zaman Daendels yang Kini Terlupakan

3 September 2022, 14:34 WIB
Sedekah laut di Juwana, Pati. Napak Tilas Jalan Anyer Panarukan warisan Daendels /suaramerdeka-muria.com/Beni Dewa

 

PORTAL MAJALENGKA - Penelusuran Jalan Raya Pos atau lebih dikenal Jalan Anyer Panarukan kali ini membahas sekitar Pati, Jawa Tengah.

Jalan poros yang dibangun Gubernur Jenderal Hindia Belanda Daendels itu memanjang dari ujung Barat hingga Timur Pulau Jawa.

Jika berkenan membandingkannya dengan sebuah profesi, Juwana laksana guru. Sebuah kota berstatus pahlawan tanpa tanda jasa.

Baca Juga: Bukan Orang Sembarangan, Inilah Karomah-karomah Syekh Yasin Al-fadany

Juwana berjarak 12 kilometer dari pusat Kota Pati. Hingga 1904, Juwana tercatat pernah berstatus sebagai keasistenresidenan.

Artinya, perannya pernah begitu besar jika dibandingkan statusnya yang kini bahkan hanya sebuah kecamatan. 

Juwana, daerah yang merupakan dua padanan kata, druju dan wana (druju: nama pohon, wana: hutan) merupakan kota penting sebagai bandar dagang internasional di Jawa Tengah.

Baca Juga: Meraba Kejayaan Pati, Ibukota Keresidenan Zaman Kolonial Belanda

Posisinya yang berada di bibir Sungai Silugonggo menjadikan daerah ini episentrum niaga yang membikin gemuk kantong bisnis pemerintahan Hindia Belanda. 

Irham Juwanamu, pegiat sejarah lokal, memandu kami menyusuri tiap sudut kecamatan yang memiliki 20 desa ini.

Menurut dia, kawasan yang strategis menjadikan Juwana tak hanya sebagai pusat bisnis dan pelabuhan internasional pada masanya.

Baca Juga: Mengenal Syekh Yasin Al-fadany, Sang Ahli Sanad Dunia

Lokasinya yang berada di pesisir bahkan menjadikan kehidupan masyarakatnya jauh lebih heterogen dibandingkan pusat kotanya. 

"Di Juwana, aktivitas sisa-sisa perniagaan gaya Cina, Arabi masih kentara dirasakan,” ujarnya seperti dikutip dalam Buku Napak Tilas Jalan Daendels karya Angga Indrawan. 

Meşki banyak perubahan, denyut ekonomi masih dapat terlacak di pelabuhan kuno yang kami sambangi ini.

Baca Juga: GRATIS DOWNLOAD Video YouTube, TikTok dan Instagram Menjadi MP3 dan MP4 Via Savefrom

Tepat di pesisir Sungai Silugonggo, reinkarnasi pelabuhan internasional itu tersaji dari pinggiran sungai yang mungkin dua abad sebelumnya masih perairan luas bernama Selat Muria. Di pelabuhan ini pula Juwana terkenal dengan ragam kapal para pengangkut kayu. 

"Kalau bisa dibayangkan, dulu lokasi ini bersandar kapalkapal beşar dari berbagai negara,” ujarnya. Dewasa ini, butuh setidaknya enam kilometer Sungai Silugonggo menjumpai perairan di lepas laut Jawa. 

Kondisi hari ini pun pelabuhan hanya bersandar kapal-kapal kecil dan sedang. Kesemuanya murni difungsikan sebagai perahu pencari ikan.

Baca Juga: ABU NAWAS MATI setelah Menjual Raja Harun Al Rasyid sebagai Budak, Ini yang Terjadi

Untuk perahu kecil, biasanya digunakan nelayan untuk berlayar selama seminggu. Sedangkan, yang beşar digunakan dalam ekspedisi 40 hari di perairan.

Kemudian diketahui, penghasilan tangkap nelayan bisa mencapai 150 ton per harinya. "Selalu ada sedekah laut tiap tahunnya," kata Irham, menambahkan

Sedekah laut di Juwana berbeda dengan beberapa daerah lainnya. Nelayan tidak menyajikan kepala sapi atau kerbau, seperti di pesisir Jawa Barat.

Baca Juga: GRATIS DOWNLOAD Lagu dari YouTube menjadi MP3 MP4 Via y2mate

Nelayan Juwana mempersembahkan kepala kambing yang kemungkinan pengaruh para leluhur umat Hindu yang pernah menetap di sana. 

Cerita menarik lain dari daerah ini, ada satu bangunan yang ingin ikut bercerita tentang kekejaman para penjajah.

Di daerah Karesidenan Pati, lokasi penjara ternyata terletak di daerah Juwana, tepatnya di Jalan Jenderal Sudirman yang saat ini berubah fungsi menjadi kantor pegadaian

Baca Juga: Abu Nawas Mau Terbang Gegerkan Penduduk Baghdad, Apakah yang Terjadi?

Arsitektur bangunan ini persis bangunan-bangunan penjara lain yang berbentuk memanjang. Terali tebal di tiap jendela kini tertutup tembok lantaran telah digunakan sebagai gudang. Konon, dalam bangunan ini juga terdapat penjara di dalam tanah," kata Irham

Jalan Raya Pos yang kini bernama Jalan Jenderal Sudirman tak lebih sepanjang lima kilometer melintasi Juwana.

Setelah melintas di atas Sungai Silugonggo, rute ini terhubung dengan Jalan Raya Batangan-Rembang. Dari kota ini, setidaknya membutuhkan 36 kilometer lagi menuju Rembang, kota terakhir rute Jalan Raya Pos di Jawa Tengah

Baca Juga: Cerita Gus Baha tentang Jamaah yang Harap-harap Cemas saat Abu Nawas Menjadi Imam Sholat Jenazah

Seiring pembangunan wilayah, SJS (Semarang-Joana Stoom tram Maatschappij), sebuah perusahaan perkeretaapian yang menjadi pelopor dibukanya jalur kereta api di Jawa Tengah, membangun Stasiun Juwana.

Jalur kereta di sini me nyambung beberapa daerah Semarang dengan rute Genuk Demak-Kudus-Pati-Juwana. Sebuah jalur tertua untuk kereta api di wilayah Karesidenan Pati. Stasiun Juwana saat ini mangkrak, hampir roboh.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Buku Napak Tilas Jalan Daendels

Tags

Terkini

Terpopuler