Kota Lama Semarang Dilintasi Jalan Daendels, Bukti Megahnya Kekuasaan Kolonial Belanda

1 September 2022, 08:25 WIB
Potret Kota Lama Semarang, Jalan Anyer Panarukan Warisan Daendels. /Dok Disporapar Jateng

PORTAL MAJALENGKA - Penelusuran Jalan Raya Pos atau lebih dikenal Jalan Anyer Panarukan kali ini membahas sekitar Semarang, Jawa Tengah.

Jalan poros yang dibangun Gubernur Jenderal Hindia Belanda Daendels itu memanjang dari ujung Barat hingga Timur Pulau Jawa.

Ujung Jalan Pemuda adalah 'gerbang' memasuki Kota Lama Semarang yang dihubungkan Daendels.

Baca Juga: Bootjongweg Semarang, Jalan Termulus se-Asia Tenggara dan Asia Selatan

Posisi pintu gerbang berada di sebelah barat, tepatnya berada di Jembatan Mberok (brug: jembatan, Belanda), yang pada zaman kolonial sempat bernama Gouvernementsbrug dan diganti dengan Sociteisbrug. 

Hingga pertengahan abad ke-19, kota tua ini masih ditutupi dengan dinding-dinding benteng. Kemudian tanpa diketahui alasannya, diruntuhkan sendiri oleh Belanda pada 1824.

Dinding-dinding itu merupakan bagian dari Benteng Belanda yang dikenal dengan Benteng Vijfhoek (lima sudut). 

Baca Juga: Karomah Gus Miek Membela Diri dan Rahasia Menggetarkan Kacamata Hitam Miliknya

Jembatan melintas di atas Kali Semarang dan menghubungkan antara Kota Lama, Jalan Mpu Tantular, Jalan Pemuda, dan Jalan Imam Bonjol.

Dari dulu hingga sekarang, jembatan ini berfungsi untuk menghubungkan Kota Lama (OudStandt) dengan permukimanpermukiman yang berada di sekelilingnya. 

Jembatan yang dibangun pada 1705 ini awalnya kemungkinan tempat menarik pajak dari perahu-perahu kecil yang melintas.

Baca Juga: Mengenang Semarang Kota Bekas Laut yang Dilewati Jalan Anyer Panarukan Warisan Daendels

Dugaan itu diperkuat dengan keberadaan bekas bangunan syah bandar yang disebut Uitkijk yang masih berdiri di sebelah timur.

Dari jembatan ini terlihat sisa penataan kampung-kampung yang dibangun kolonial. Di bagian utara, terdapat kawasan Kampung Melayu yang dihuni warga beragama Islam dengan peninggalan berupa Masjid Layur (Masjid Menara).

Di sisi barat terdapat kawasan orang Jawa Islam dengan dibangunnya Masjid Kauman Semarang.

Baca Juga: Kisah Keramat Wali Gus Miek Bimbing 3 Preman Bertaubat, Padahal Telah Lama Wafat

Sedangkan di sisi selatan, terdapat permukiman Pecinan. Sedangkan di bagian dalam Kota Lama dikenal sebagai permukiman elite warga Belanda dan Eropa hingga pengujung 1960. 

Di Kota Lama terusan Jalan Pemuda terhubung dengan Jalan Letjen Suprapto yang dibuat satu arah dengan arah timur ke-barat.

Sensasi heritage begitu terasa memasuki jalur ini. Hamparan bangunan peninggalan Belanda serasa menyihir melihat hebatnya sisa kekuasaan kolonial abad ke-18.

Baca Juga: Titik Nol Pekalongan, Bukti Megaproyek Daendels Membangun Jalan Anyer Panarukan

Selain bangunan-bangunan tua, juga terdapat beberapa gedung yang disebut-sebut sebagai gudang amunisi dan mesiu milik peninggalan VOC dan Hindia Belanda.

Sebagian masih terawat, sebagian lain mangkrak dan membuat bangunan ini kumuh. Ini yang tak mengherankan, melihat Kota Lama juga disebut sebagai taman gantung Babilonia. 

Penasihat Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BP2KL), A Kriswandono, Pengamat sekaligus pakar arsitektur itu menyebut Jalan Letjen Suprapto merupakan bukti lanjutan misi Daendels membangun Semarang khususnya di Kota Lama.

Baca Juga: Teror Malaria di Pekalongan, Menelusuri Pembangunan Jalan Anyer Panarukan Warisan Daendels

Kendati demikian, dugaan sementara Kriswandono, adalah orientasi jalur kebalikan dari arah yang dibuat saat ini. 

"Orientasi ke arah timur, khususnya ke arah Demak, Pati, dan Rembang," ujarnya. 

Kriswandono tidak menampik memang banyak sekali bangunan di Kota Lama yang tidak terpelihara.

Baca Juga: TIRAKAT Sunan Gunung Jati dan Walisongo di Puncak Gunung Ciremai, Berikut Buktinya

Menurut dia, hal ini akan terus menjadi tugas generasi muda, pegiat sejarah, dan khususnya pemerintah.

Satu wacana yang tengah digaungkan, Kota Lama Semarang menjadi World Heritage pada 2020. 

"Mimpi kita bersama," kata dia. 

Baca Juga: KESAKTIAN Putra Sunan Gunung Jati yang Gagah Berani, Hadapi Para Perompak Seorang Diri

Total tempuh jarak: 520 kilometer dari Jakarta. Di kota berikutnya, masih menunggu Pati, Rembang, Gresik hingga Panarukan.***

Editor: Andra Adyatama

Tags

Terkini

Terpopuler