Teror Malaria di Pekalongan, Menelusuri Pembangunan Jalan Anyer Panarukan Warisan Daendels

1 September 2022, 07:23 WIB
PETA jalur jalan Daendels yang menyusuri pantai Selatan dan pantai utaraJawa Tengah. /

PORTAL MAJALENGKA - Penelusuran Jalan Raya Pos atau lebih dikenal Jalan Anyer Panarukan kali ini membahas sekitar Pekalongan, Jawa Tengah.

Jalan poros yang dibangun Gubernur Jenderal Hindia Belanda Daendels itu memanjang dari ujung Barat hingga Timur Pulau Jawa.

Pekalongan, Si Kota Batik berada pada jarak 135 kilometer ke arah timur dari Cirebon lewat Pemalang. Di kota seluas 835 kilometer persegi ini, ada satu hal yang menarik.

Baca Juga: TIRAKAT Sunan Gunung Jati dan Walisongo di Puncak Gunung Ciremai, Berikut Buktinya

Jika jalur trans-Jawa dibentangkan dalam peta, Pekalongan menjadi poros tengahnya. Betapa tidak, posisinya berada di 400 kilometer dari Batavia, serta 420 kilometer dari Surabaya.

Pengamat sejarah lokal sekaligus inisiator Pekalongan Heritage, Arief Dirhamsyah menjelaskan, Kota Pekalongan sebenarnya memiliki banyak cerita mengurai sejarah tentang pembuatan Jalan Raya Pos. 

Arief menyebut, saat rute memasuki Pekalongan para pekerja kembali menerabas hutan belantara. Ribuan nyawa melayang yang tidak pernah terungkap di tempat itu. 

Baca Juga: KESAKTIAN Putra Sunan Gunung Jati yang Gagah Berani, Hadapi Para Perompak Seorang Diri

la kemudian menjelaskan bahwa Pekalongan ditandai mulai daerah Comal di sebelah barat Pekalongan yang berbatasan dengan Pemalang, hingga Kabupaten Batang yang mengarah ke daerah Weleri di sebelah timur. 

"Kuburan massal terpanjang. Mereka tewas karena malaria dan terkaman binatang buas," ujar Arief dikutip dari Buku Napak Tilas Jalan Daendels karya Angga Indrawan. 

Cerita itu berdasarkan laporan Residen Pekalongan saat itu, F Rothenbuhler. Di daerah Comal misalnya, para pekerja membabat habis Hutan Pringgodadi, kemudian Hutan Gambiran (Pekalongan), dan Alas Roban di pedalaman Kabupaten Batang. 

Baca Juga: Head To Head dan Prediksi Zlate Moravce vs AS Trencin, Catat Tanggalnya Derby Indonesian di Superliga Slovakia

Hingga pengujung abad ke-19, dalam laporan Residen per 1789, populasi penduduknya bahkan jauh lebih sedikit dibandingkan harimau dan badak jawa. "Pekerja yang tewas dibiarkan bergelimpangan di pinggiran jalan," tambahnya. 

Kendati begitu, Arief menggarisbawahi satu hal lain. Menurut dia, Jalan Raya Pos di Pekalongan tidak serta-merta buatan Sang Marsekal Besi, julukan Daendels.

Jalur Pekalongan menuju barat (Brebes, Cirebon, Indramayu) dan juga ke timur hingga Surabaya, telah ada jauh sebelum Jalan Raya Pos digagas. 

Baca Juga: Abu Nawas Dianggap Gila, Mencari Neraka di Rumah Warga Membuat Sultan Harun Al Rasyid Terbahak-bahak

Jalan Raya Pos di Pekalongan mengikuti jalur lama yang sudah ada sejak abad ke-15 dan 16 pada masa Kerajaan Demak.

Jalur itü disebut sebagai jalur penyebaran dakwah Islam oleh para ulama. Jalur itü pun dikenal sebagai urat nadi perdagangan yang sangat berperan penting dalam kekerabatan Demak dan Cirebon. 

"Sedangkan jalur Pekalongan hingga ke Surabaya, tercatat pada 1806 sudah ada saat Gubernur Pantai Timur Laut Javva, Nicolaas Engelhard membawa pasukan Madura dalam misi penumpasan pemberontakan Bagus Rangin di wilayah Cirebon,” kata Arief.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Buku Napak Tilas Jalan Daendels

Tags

Terkini

Terpopuler