Dengan kesehatan mental yang baik seseorang akan dijauhkan dari penyakit jiwa. Dan untuk menjaga kesehatan mental ini salah satunya yaitu dengan bersikap mudah memaafkan.
Bersikap memaafkan yang dimaksud disini bukan sekedar di mulut akan tetapi perlu disertai dengan balasaan berupa kebaikan.
Sebagaimana terdapat dalam surat As-Syura ayat 40, Allah SWT berfirman:
وَجَزٰۤؤُا سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا ۚفَمَنْ عَفَا وَاَصْلَحَ فَاَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَ
Artinya: "Balasan suatu keburukan adalah keburukan yang setimpal. Akan tetapi, siapa yang memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat), maka pahalanya dari Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang zalim." (QS As-Syura: 40).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa sikap memaafkan sangat diutamakan, membuang perasaan dendam agar menjauhkan seseorang dari perbuatan zalim.
Dalam ayat tersebut dengan jelas menegaskan turut disebutkan bahwa sikap memaafkan seharusnya disandingkan dengan perbuatan baik.
Dalam ilmu psikologi dikenal istilah 'neurosis' yang merupakan sebagian dari gangguan yang didasari oleh kecemasan.
Gangguan neurosis ini umumnya disebabkan oleh kondisi psikologis yang lemah atau terlalu kaku dalam menghadapi berbagai permasalahan.
Dengan jiwa pemaaf tentu tidak akan mengalami gangguan kecemasan sebab hatinya lapang untuk memaafkan kesalahan orang lain.
Dalam jiwa seorang pemaaf tidak menyisakan rasa dendam yang justru akan memberatkan hatinya.