Pada tahun 1925, ia mengarahkan santri-santrinya untuk turut membangun jalan antara Labuan dan Carita.
Baca Juga: Keramat Walisongo: Cara Sunan Giri Taklukkan Bala Tentara Majapahit, Ubah Sawah Jadi Lautan
Karena memimpin pemberontakan pada tahun 1926, ia dan keluarganya dipenjara pemerintah kolonial Belanda.
Mula-mula dipenjara Tanah Abang Jakarta, kemudian Cianjur. Selama di pengasingan, ia tetap derdakwah dan mengajarkan tarekat ke masyarakat Cianjur.
Sementara anaknya, KH Mohammad Hadi dan menantunya, KH Akhmad khatib yang juga ikut memberontak dibuang ke Digul hulu, Papua sekarang.
Kecintaannya akan perjuangannya terhadap ilmu agama melalui pesantren, penjara tidak membuatnya jera.
Dari dalam penjara, Asnawi meminta dua orang cucunya yang kakak beradik, yaitu KH Tubagus Muhammad Muslih dan KH Tubagus Ahmad Maemun untuk membangunp dan meneruskan kembali pesantren Caringin
Pada tahun 1930 berdirilah madrasah Masyarkul Anwar yang terletak di depan Masjid Salafiah. Pada tahun 1931, KH Tubagus Muhammad Asnawi bebas dari penjara.
Kemudian pada tahun 1937, ia wafat. Jenajahnya dikebumikan di Masjid Salafiah. Makamnya hingga sekarang tidak pernah sepi dari para peziarah.***