Ini Sebab Abuya Dimyati Cidahu Gemar Kumpulkan Kertas hingga Akhir Hayatnya, Ternyata Miliki Historis Mendalam

- 14 Juli 2022, 07:30 WIB
Abuya Dimyati Banten
Abuya Dimyati Banten /

PORTAL MAJALENGKA - KH Muhammad Dimyati bin Muhammad Amin Al Bantani atau yang biasa dipanggil Abuya Dimyati atau akrab disapa Mbah Dim oleh kalangan santri Jawa.

Beliau dikenal sebagai seorang ulama dan guru tarekat yang alim dan wara. Abuya juga merupakan pendiri pondok pesantren Cidahu, Pandeglang Banten.

Abuya Dimyati menjadi sosok yang senantiasa mengisi sebagian besar waktunya untuk mengaji dan berdzikir kepada Allah SWT.

Baca Juga: MBAH MAIMUN Sang Wali Sepuh, Kisahkan 'Wanita Tua Renta Miskin yang Meneteskan Air Mata di Pipi Keriputnya'

Abuya Dimyati lahir dari pasangan H. Amin dan Hj. Ruqayah sekitar tahun 1925. Sejak kecil, Abuya sudah memperlihatkan kecerdasannya yang mumpuni di usia muda.

Untuk mendapat ladang ilmu yang lebih luas, Abuya Dimyati belajar dari satu pesantren ke pesantren lainnya.

Dikisahkan saat Abuya Dimyati masih menjadi seorang santri, beliau tidak membawa bekal apa pun ketika hendak pergi ke pondok, kecuali sedikit beras dan minyak kelapa.

Baca Juga: Habib Sholeh Tanggul Mampu Obati Wabah Penyakit dalam Waktu Singkat Hanya dengan Air Danau

Selain itu, Abuya Dimyati juga tidak pernah membawa kitab seperti santri pada umumnya saat ada acara pengajian di pondok.

Lantaran pada saat itu, kitab masih sangat langka dan Abuya Dimyati juga tidak memiliki cukup uang untuk membelinya.

Namun demikian, apabila gurunya, Kyai Tubagus Abdul Halim sedang mengajar para santri, Abuya selalu hadir dan mengikuti pengajian dengan penuh takzim.

Baca Juga: JEJAK PRABU SILIWANGI di Curug Sawer Majalengka, Dikepung Segerombolan Macan Putih

Agar ilmu yang diajarkan sang kyai dapat terserap dengan sempurna, Abuya Dimyati kerap meminjam kitab kepada temannya untuk di-muthola'ah (mengkaji dan mempelajari) sendiri.

Mengkaji dan mempelajari kitab dilakukan Abuya Dimyati setiap malam, tepatnya di atas pukul 00.00 WIB.

Beliau lalu menulis isi kandungan dari kitab yang dipinjamnya di atas kertas berukuran sederhana untuk kemudian dihafalkan.

Untuk bisa menulis di atas kertas, bukan pula hal yang mudah bagi Abuya Dimyati. Pasalnya, beliau harus mencari terlebih dahulu secarik kertas itu, bahkan hingga ke tempat sampah.

Baca Juga: KISAH 3 KYAI SEPUH Berdebat Keras tentang Rokok: Mbah Maruf, Mbah Manab dan Mbah Abu Bakar Kediri

Jika kertas yang ditemukannya dalam keadaan kotor, maka Abuya harus mencucinya dengan hati-hati agar tidak robek.

Abuya Dimyati juga pernah menceritakan pengalamannya semasa menjadi santri pada sang putra, H. Muhammad Murtadlo.

Dalam ceritanya tersebut, Abuya menyampaikan rasa senangnya apabila menemukan kertas sebesar dua tapak jari, apalagi jika beliau mendapat kertas sebesar amplop.

Baca Juga: Prabu Siliwangi Sakti Mandraguna Terkenal di Dunia Ghaib, dengan Mudah Bunuh Raja Ular

Oleh sebab itu, Abuya gemar mengumpulkan kertas-kertas sekecil apapun sampai akhir hayatnya. Bahkan beliau tidak pernah membuang atau membakar sehelai kertas pun.

Apabila Abuya Dimyati tidak mengkaji dan mempelajari kitab di malam hari, maka beliau akan mengisi waktunya untuk berdzikir kepada Allah SWT.

Masya Allah.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Petuah Bijak dan Kisah Inspiratif Ulama Salaf dan Nusantara A. Yasin Muchtarom


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah