PRABU BATORO KELING Kalahkan Kesaktian Sunan Kalijaga hingga sang Sunan Bertapa di Banyu Tibo Gunung Kidul

- 4 Juli 2022, 21:23 WIB
PRABU BATORO KELING Kalahkan Kesaktian Sunan Kalijaga hingga sang Sunan Bertapa di Banyu Tibo Gunung Kidul
PRABU BATORO KELING Kalahkan Kesaktian Sunan Kalijaga hingga sang Sunan Bertapa di Banyu Tibo Gunung Kidul /Tangkapan layar youtube Ilmu Kekayaan Sejati

PORTAL MAJALENGKA - Merujuk cerita masyarakat daerah setempat di selatan Gunung Kidul, sebelum masuk Kota Wonosari, ada daerah bernama Batur Putat.

Di daerah itu terdapat sebuah pohon beringin putih dan sungsang daunnya. Cerita lisan dari penduduk Batur Putat bahwa dulu konon Brawijaya pernah singgah di daerah itu.

Dan di bawah pohon beringin itu lahirlah seorang putra dari Brawijaya. Demikianlah misteri yang muncul dari cerita masyarakat setempat.

Baca Juga: Sunan Gunung Jati dan Walisongo Kalah Debat dari Syekh Siti Jenar, Sunan Kalijaga Turun Tangan

Untuk memecahkan misteri tersebut mari simak kisah Brawijaya dan pohon Waringin sungsang berikut ini:

Alkisah, sang Prabu Batoro Keling atau Brawijaya VIII sedang dalam perjalanan moksa. Pada saat bersamaan Sunan Kalijaga mendengar bahwa sang Batoro Keling berniat akan moksa.

Segeralah Sunan Kalijaga menyusul hingga mereka bertemu di Batur Putat. Sunan Kalijaga berusaha mencegah sang Prabu Batoro Keling untuk moksa.

Baca Juga: Orang Belanda Akui Mbah Hasyim Asy'ari Mampu Sumbat dan Matikan Mesin Giling Tebu Tiba-Tiba, Keramat Wali

Karena berharap sang Prabu Batoro Keling mengucapkan kalimat syahadat. Sementara dalam syariat Islam tidak dikenal yang namanya moksa.

Tapi sang Prabu Batoro Keling bersikeras dan tidak ada yang dapat mencegah niatnya untuk melakukan moksa.

Terjadilah dialog yang meningkat ke perdebatan cukup tinggi pada saat itu. Itulah kenapa daerah itu kelak dikenal dengan nama Batur yang dimaknai dari mbat-mbatan tutur.

Baca Juga: Keramat Wali, Rasulullah SAW Ulurkan Tangan dari Dalam Kubur Gapai Tangan Syekh Ahmad Rifa’i

Dari dialog meningkat ke perdebatan sampai akhirnya harus dilanjutkan dengan adu kesaktian.

Sehingga akhirnya sang Prabu Batoro Keling untuk mengeluarkan ajian saktinya yang bernama ajian waringin sungsang.

Sebetulnya ajian itu sangat mematikan. Tetapi karena sang Prabu Batoro Keling tidak berniat membunuh Sunan Kalijaga, sehingga tidak sampai terjadi ada nyawa yang melayang pada pertempuran itu.

Baca Juga: HABIB MUDA BANGKRUT, Mbah Kholil Bangkalan Berikan Wiridan Kaya Raya dan Dirobek Habib Sepuh

Sunan Kalijaga akhirnya tunduk dan mengakui bahwa memang masih banyak yang harus dipelajarinya tentang tanah Jawi dan jagat raya.

Sebetulnya yang disebut oleh penduduk tentang Brawijaya mempunyai anak di bawah pohon beringin putih sungsang hanyalah kiasan.

Kejadian sebenarnya adalah pada saat itu dan pada titik itu telah lahir sosok manusia baru. Yaitu Sunan Kalijaga yang berusaha mencoba memahami akan keluhuran Tanah Jawi.

Baca Juga: KISAH TIGA Wali Bertasawuf Tanpa Bertarekat: Abubakar al-Kalabadzi, Abu Nashr al-Sarraj, dan Imam Ghazali

Kemudian oleh sang Prabu Batoro Keling dibawalah Sunan Kalijaga ke bawah air terjun Banyu Tibo untuk disucikan.

Dan kemudian secara halus memanggil Sabdo Palon untuk memberikan ajaran dan wewedarannya.

Sang Prabu Batoro Keling kemudian melanjutkan perjalanannya menuju pantai barat ngobaran.

Baca Juga: BERKAT GUS DUR, Masyarakat Temukan Kitab KH Abdul Halim Perjuangan Mendirikan NU Bersama KH Wahab Hasbullah

Oleh Sabdo Palon, kemudian Sunan Kalijaga diajak bersemedi di gua di punggung bukit air terjun Banyu Tibo. Di sini Sabdo Palon memberikan banyak piwulang tentang keluhuran Tanah Jawi.

Serta ada dua syarat yang harus dilakukan oleh Sunan Kalijaga kelak. Yaitu bahwa ajaran agama yang akan disebarkan harus melalui jalur ngurip-urip kebudayaan.

Karena pada saat-saat itu terjadi penghancuran besar-besaran oleh Demak terhadap semua atribut Jawa. Mulai dari buku-buku, prilaku bangunan-bangunan, sampai ke kesenian-kesenian. Baik bentuknya maupun peralatannya.

Baca Juga: Kisah Wali Menyamar Jadi Pemain Sepak Bola, Tiba-tiba Tampak di Antara Langit dan Bumi

Syarat kedua bahwa kelak setelah masa piwulang di Banyu Tibo, Sunan Kalijaga harus melakukan perjalanan untuk sowan dan menyapa seluruh penunggu atau Danghyang di Tanah Jawi.

Agar setiap langkahnya mendapat dukungan dari para danghyang. Sehingga dengan cara itu maka ajaran agama dengan muatan ngurip-urip (menghidupi) kebudayaan baru dapat diterima di Tanah Jawi.

Hingga tiba pada saatnya, dari titik itulah kemudian Sunan Kalijaga mengganti penampilannya.

Baca Juga: Kesaktian Nyai Romlah Bikin 3 Potong Ketupat Menjadi Ratusan untuk Makan Jamaah, Kisah Wali Perempuan

Dari berpakaian serba putih berganti dengan jubah hitam sintingan atau ikat kepala hitam. Ke mana-mana membawa 9 keris.

Secara dalam dapat dicermati bahwa apa jadinya kalau tidak ada peristiwa di Batur itu. Kemungkinan sekarang tidak akan dapat lagi menikmati tari-tarian klasik Jawa, dolanan bocah, melaras gending-gending Jawa, menikmati pertunjukan wayang dan bentuk kesenian dan kebudayaan Jawa lainnya.

Kelak setelah Sunan Kalijaga dengan ngurip-urip kebudayaannya, mengunjungi lokasi malinggihnya danghyang setanah Jawi.

Baca Juga: Inilah 6 Tanda Datangnya Kematian Menurut Wali Allah

Maka dibuatlah kidung danghyangan Sunan Kalijaga, satu-satunya susun yang sudah mendapat restu dari para leluhur tanah Jawi.

Dapat dijadikan hikmah bagi semua, generasi penerus bangsa. Sebuah pembelajaran untuk bisa menatap dan melangkah bersama ke masa depan. Dalam persaudaran kepedulian dan cinta kasih menuju kejayaan Nusantara.

Demikianlah kisah mengenai kisah ajian waringin sungsang dan keluhuran Prabu Brawijaya memberi pelajaran kepada Sunan Kalijaga.***

Editor: Husain Ali

Sumber: YouTube G-Media Net


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x