PORTAL MAJALENGKA - Dalam kajian Realitas Karamah dan Wali menurut Henry Chambert Loir dan Claude Guillot, seorang Sufi menempuh perjalanan tasawuf melalui tarekat.
Adapun pengertian tarekat menurut Ahmad al-Kamsyakhanawi adalah perjalanan tertentu bagi orang-orang yang menempuh jalan kepada Allah, berupa memutus atau meninggalkan tempat-tempat hunian dan naik ke maqam atau tempat-tempat mulia.
Dalam kajiannya tersebut, bertasawuf tanpa bertarekat ternyata bisa dilakukan. Ada beberapa tokoh sufi tanpa bertarekat yaitu Abubakar al-Kalabadzi, Abu Nashr al-Sarraj, dan Imam Ghazali.
Mereka bertasawuf dengan menempuh ibadah zahir dan batin. Ibadah zahir dengan memperlihatkan bentuk pengabdian dengan melaksanakan perintah Allah. Sedangkan ibadah batin dengan terus mengingat Allah di setiap ruang dan waktu.
Diantara kedunya titik persamaan dan perbedaan antara tasawuf dan tarekat. Persamaan keduanya yaitu ingin mencintai dan dicintai Allah dengan tidak memutuskan hubungan dengan-Nya.
Sedangkan perbedaannya yaitu tarekat mempunyai mursyid (wali) sebagai penuntun seorang salik di dalam mencari ridha Allah, sedangkan tasawuf menjadikan Allah sebagai mursyidnya.
Kitab “At-Ta’arruf li Madzhabi Ahli al-Tasawuf” ditulis oleh Abu Bakar Muhammad bin Ishaq al-Kalabadzi al-Bukhari (wafat 380H/990M) ia dikenal “Abu Bakar al-Kalabadzi” seorang ulama sufi ahli hadis yang hidup sebelum imam al-Ghazali.
Baca Juga: INILAH Sosok Sunan Ampel Wali Tertua dan Salah Satu Guru Tarekat Sunan Gunung Jati