KISAH TIGA Wali Bertasawuf Tanpa Bertarekat: Abubakar al-Kalabadzi, Abu Nashr al-Sarraj, dan Imam Ghazali

- 4 Juli 2022, 18:20 WIB
Ilustrasi Imam Ghazali yang menjadi sufi tanpa harus bertarekat
Ilustrasi Imam Ghazali yang menjadi sufi tanpa harus bertarekat /Gambar dari Tebu Ireng.online/tebuireng.onile

Jarak tahun antara wafatnya Abu Bakar Kalabadzi dengan kelahiran imam al-Ghazali sekitar 68 tahun (imam al-Ghazali lahir pada tahun 1058 M).

Dia bergelar “Tajul Islam” yang artinya mahkota Islam. Ahli fikih madzhab Hanafi dan juga ahli hadits.

Sekadar untuk mengetahui keahliannya dalam bidang hadits, beliau menulis kitab hadis berjudul “Bakhr al-Fawa’id fi Ma’ani al-Akhbar”.

Kitab ini memuat sekitar 222 hadis. Dari segi tempat kelahiran dan tumbuh besar, al-Kalabadzi lahir di Kalabadz suatu distrik di kota Bukhoro, tempat lahir imam hadis terbesar, imam al-Bukhari.

Baca Juga: BERKAT GUS DUR, Masyarakat Temukan Kitab KH Abdul Halim Perjuangan Mendirikan NU Bersama KH Wahab Hasbullah

Meski tidak sezaman dengan imam Bukhari yang hidup sebelumnya (al-Bukhari wafat tahun 870 M satu berjarak 120 tahun dengan wafatnya al-Kalabadzi), dimungkingkan pengaruh tradisi ilmu hadis cukup kuat dalam al-Kalabadzi. Singkatnya, dia ulama tasawuf yang ahli hadits.

Beliau sezaman dengan Abu Nasr al-Sarraj al-Thusi (wafat tahun 988 M), seorang ulama tasawuf yang menulis kitab “Al-Luma fi al-Tasawuf. Sebuah kitab penting yang menjelaskan sejarah, definisi, kontrofersi dan urgensi tasawuf.

Ketiga ulama Abubakar al-Kalabadzi, Abu Nashr al-Sarraj dan Imam Ghazali menjadi seorang sufi dan wali atas izin Allah SWT. *

Halaman:

Editor: Ayi Abdullah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x