Agar setiap langkahnya mendapat dukungan dari para danghyang. Sehingga dengan cara itu maka ajaran agama dengan muatan ngurip-urip (menghidupi) kebudayaan baru dapat diterima di Tanah Jawi.
Hingga tiba pada saatnya, dari titik itulah kemudian Sunan Kalijaga mengganti penampilannya.
Dari berpakaian serba putih berganti dengan jubah hitam sintingan atau ikat kepala hitam. Ke mana-mana membawa 9 keris.
Secara dalam dapat dicermati bahwa apa jadinya kalau tidak ada peristiwa di Batur itu. Kemungkinan sekarang tidak akan dapat lagi menikmati tari-tarian klasik Jawa, dolanan bocah, melaras gending-gending Jawa, menikmati pertunjukan wayang dan bentuk kesenian dan kebudayaan Jawa lainnya.
Kelak setelah Sunan Kalijaga dengan ngurip-urip kebudayaannya, mengunjungi lokasi malinggihnya danghyang setanah Jawi.
Baca Juga: Inilah 6 Tanda Datangnya Kematian Menurut Wali Allah
Maka dibuatlah kidung danghyangan Sunan Kalijaga, satu-satunya susun yang sudah mendapat restu dari para leluhur tanah Jawi.
Dapat dijadikan hikmah bagi semua, generasi penerus bangsa. Sebuah pembelajaran untuk bisa menatap dan melangkah bersama ke masa depan. Dalam persaudaran kepedulian dan cinta kasih menuju kejayaan Nusantara.
Demikianlah kisah mengenai kisah ajian waringin sungsang dan keluhuran Prabu Brawijaya memberi pelajaran kepada Sunan Kalijaga.***