PORTAL MAJALENGKA - Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid layak dikategorikan sebagai wali.
Darah ulama mengalir di dalam tubuh Gus Dur itu membuat tindak-tanduknya selalu berasaskan pada ketuhanan.
Seperti para wali lainnya, Gus Dur juga dikenal memiliki beberapa karomah atau keramat.
Gus Dur kerap kali mengunjungi makam yang belum jelas identitasnya. Akan tetapi justru Gus Dur beranggapan bahwa makam yang dikunjunginya itu merupakan makam seorang wali.
Maka tak heran, usai berita Gus Dur mengunjungi makam yang belum jelas identitasnya itu, masyarakat yang lain ikut berbondong-bondong menziarahinya.
Atas kasus tersebut, tak pelak Gus Dur kerap dijuluki sebagai penemu makam para wali.
Baca Juga: Sang Nabi Menyamar Jadi Petani Temui Mbah Moen, Langsung Lapor ke Wali Senior
Seperti kisah Gus Dur ziarah ke makam wali Qutub di Gunung Lawu.
Zastrow Al Ngatawi, mantan asisten pribadi Gus Dur memiliki banyak pengalaman spiritual yang luar biasa selama bersama Presiden RI ke-4 itu.
Suatu ketika, ia diajak Gus Dur berziarah ke makam Eyang Gusti Aju kaki gunung Lawu. Makam tokoh ini dikenal sebagai tempat untuk bersemadi kelompok abangan.
Baca Juga: Ajaib, Wali Syekh Nurjati Bangun Masjid Sapu Angin Hanya Semalam, Kini di Usia 600 Tahun Tetap Kokoh
Konon, hampir semua tokoh abangan berziarah ke tempat ini.
Dikisahkan, pada pukul 02.00 WIB dini hari, Gus Dur dan Zastrow mulai naik menuju pemakaman.
Zastrow lalu bertanya, "Kita ngapain Gus di sana nanti?,"
"Ya tahlil, wong biasanya kita tahlil," jawab Gus Dur.
"Katanya tokoh ini pentolannya abangan ya Gus?," tanya Zastrow.
"Yang ngerti Islam atau bukan itu hanya gusti Allah," jawab Gus Dur pendek.
Singkat cerita, Gus Dur memulai tahlil. Dalam berdoa, mereka menyebut “Doa untuk ahli kubur yang dimakamkan di sini, kalau Engkau meridhai”.
Tahlil yang dilakukan oleh Gus Dur di makam tersebut akhirnya selesai.
Setelah itu tiba-tiba juru kunci meminta Gus Dur masuk ke dalam gedung tempat penyimpanan pusaka.
Kemudian, Gus Dur juga diminta mengambil pusaka, dan apa yang diambil itu nantinya akan jadi pegangan. Dengan keadaan gelap gulita, pemilihan pusaka dilakukan secara acak.
Baca Juga: KISAH MISTIS GUS DUR, Datang Kakek Berjubah Putih dan Berjenggot Panjang: Ini Tempat Lahirnya Wali
Akhirnya, Gus Dur pun masuk dan mengambil salah satu pusaka. Ternyata, yang diambil Gus Dur adalah sebuah buku.
Tidak hanya itu, kemudian Gus Dur diminta mengambil satu lagi dan memperoleh kain.
Bagitu dibuka di luar ruangan, buku yang terambil adalah Alquran. Artinya, Alquran ini menjadi pegangan hidup.
“Kalau selendangnya sendiri, apa artinya Gus”, tanya Zastrow.
“Embuh, mungkin untuk nggendong bongso”, jawab Gus Dur. Yang artinya, “Tidak tahu, mungkin untuk menggendong bangsa”.
Selanjutnya, Alquran yang terambil itu diminta kembali, sedangkan selendangnya boleh dibawa pulang.
“Wah, beliau yang dimakamkan di sini ternyata wali kutub yang menyembunyikan diri”, kata Gus Dur.
Banyak makam orang-orang terpilih yang kurang dikenal atau bahkan tidak diketahui keberadaannya sehingga tidak ada yang memelihara atau menziarahinya.
Baca Juga: KARIR Gus Dur setelah Melakukan Pengembaraan Pendidikan ke Timur Tengah (1): Mulai Jadi Penulis
Gus Dur boleh dikata seorang pemburu dan penemu makam-makam orang suci penyebar Islam yang diabaikan sehingga pada akhirnya diziarahi banyak orang.***