PORTAL MAJALENGKA - Sunan Panggung yang merupakan murid Syekh Siti Jenar membuat kontroversi.
Sunan Panggung yang juga putra Sunan Kalijaga itu membawa anjing ke dalam masjid dan bermain-main di sana.
Dewan Walisongo dan Kesultanan Demak saat itu langsung bertindak dengan menghukum Sunan Panggung.
Baca Juga: Dialog Menegangkan Sunan Giri dengan Syekh Siti Jenar, Detik-detik sebelum Dihukum Mati
Namun, keramat Sunan Kalijaga diketahui menurun kepada putera laki-laki yang bernama Sunan Panggung.
Dikisahkan bahwa Sunan Panggung ini berguru kepada Syekh Siti Jenar.
Dengan berguru kepada Syeh Siti Jenar, paham pemikiran Sunan Panggung menjadi sangat ekstrem.
Baca Juga: Sunan Gunung Jati Marah Besar kepada Syekh Siti Jenar, Ajarannya Bisa Bawa Umat Nyasar
Demikian Portal Majalengka kutip dari Buku Atlas Wali Songo halaman 278, dikisahkan oleh DA Rinkes dalam Nine Saint of Java (1996).
Sunan Punggung karena mengikuti ajaran Syekh Siti Jenar yang dinilai menyimpang akhirnya dihukum mati dengan cara dibakar.
Oleh Sultan Syah Alim Akbar di Demak karena sidang Wali menyebutkan bahwa tindakan Pangeran Panggung sudah merusak syari, sembrono serta menodai agama dan kesucian masjid.
Baca Juga: 6 Keramat Sakti Syekh Siti Jenar Tak Banyak Orang Tahu, Wali Zaman Sunan Gunung Jati
Pangeran panggung dinilai menista kelurahan agama karena anjing kesayangannya bermain-main di dalam masjid.
Dua ekor anjing kesayangannya sebagai Ki Tokid (tauhid) dan Ki Iman.
Tindakan itu dinilai sudah melampaui batas sehingga pantas bagi sang pangeran untuk dihukum mati atas tindakannya.
Pangeran panggung pun dibakar hidup-hidup tetapi seperti keramat ayahandanya Sunan Kalijaga, Pangeran panggung tidak mati dibakar.
Sebaliknya di tengah api yang berkobar-kobar ia menyelesaikan sebuah naskah puisis berjudul Suluk Marang (langsung) Sumirang dan mempersembahkannya kepada Sultan.
Kisah pembakaran Pangeran punggung ini tertulis dalam babad Pajajaran dan babad Semarang.***