Nyimas Kawunganten yang dapatkan lamaran ini, dengan tegas ia menolaknya, karena sudah memiliki suami Sunan Gunung Jati.
Jio Phak selaku seorang Raja Champa pun murka karena keinginannya ditolak oleh Nyimas Kawunganten.
Pertarungan dahsyat antara Nyimas Kawunganten dengan putra Raja Champa Jio Phak pun tak bisa dihindarkan.
Jio Phak dibantu oleh Jiau GO dan Qi Pa Lhiang mengeroyok Nyimas Kawunganten yang bertarung sendirian melawannya..
Dalam Pertarungan tiga lawan satu Nyimas Kawunganten Hampir dikalahkan oleh Jio Phak dan kawannya.
Mengetahui Nyimas Kawunganten di Alas Lebak Sungsang dalam keadaan berbahaya Pangeran Walang Sungsang datang ke sana.
Pangeran Walang Sungsang memberikan satu buah pusaka sakiti berupa golok cabang kepada Nyimas Kawunganten,
Golok Cabang itu disabetkan ke tanah oleh Nyimas Kawunganten dan sesuatu yang dahsyat terjadi bagaikan petir menyambar.
Jio Phak Jatuh Terduduk (Kedodok) dan kemudian sekarat, darah bekas sekarat itu membentuk Bundar (Jawa = Bunder).
Dan sejak saat itu Alas Lebak Sungsang berganti nama menjadi Kedokan Bunder yang memiliki arti kedodok dan bunder (Jatuh terduduk, dan bekas darah bundar).