Akhirnya, Syarif Hidayatullah pun bertemu dengan Sunan Ampel dan dipersaudrakan dengan Sunan Giri, Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga.
Keberadaan Ampel Denta sendiri tidak serta merta ada begitu saja.
Berdasarkan ulasan buku Mazhab Dakwah Wasathiyah Sunan Ampel, karya Dr H Abdul Halim MAg dan Dr Prihananto MAg dkk bahwa Raden Rahmat adalah seorang Champa berangkat ke Majapahit.
Setelah bertemu dengan Raja Majapahit dan istrinya, putri Campa, yang notabene adalah bibi Raden Rahmat, dia dibujuk untuk menetap di Jawa.
Kemudian bujukan itu ia terima dan oleh Raja Majapahit ditempatkan di lokasi yang bernama "parak-parak lawan pasisir", atau di sekitar pesisir.
Tempat itu adalah sebuah bekas perdukuhan atau kampung kecil yang sudah lama ditinggalkan oleh penduduknya. Namanya Dukuh Ampel Gading.
"Ampel Gading sendiri sudah disebut dalam naskah Kidung Sunda yang berkisah tentang peristiwa Perang Bubat antara Kerajaan Sunda dan Majapahit pada era Raja Hayam Wuruk. Dalam naskah ini nama Ampel Gading disebut tiga kali," demikian ditulis dalam buku tersebut.
Ampel Gading kemudian dibabat dan dibuat menjadi permukiman baru.