Abu Nawas Tidak Mau Jadi Penghulu Negara, Begini Alasan dan Kisahnya

- 18 Desember 2021, 12:31 WIB
Abu Nawas Tidak Mau Jadi Penghulu Negara, Begini Alasan dan Kisahnya
Abu Nawas Tidak Mau Jadi Penghulu Negara, Begini Alasan dan Kisahnya /Buku Kisah 1001 Malam/

PORTAL MAJALENGKA - Abu Nawas yang lebih dikenal di Indonesia sebagai pelawak merupakan pujangga Arab. Ia memiliki nama lengkap Abu Ali Hasan bin Hani Al Hakimi.

Abu Nawas dilahirlan di Kota Ahvaz Persia atau sekarang dikenal Iran pada tahun 747 M. Darah Arab dan Persia mengalir di tubuhnya.

Sepeninggal ayahnya, Abu Nawas kemudian dibawa ibunya ke kota Basra, Irak. Dia di sana belajar beberapa ilmu agama seperti ilmu hadis, sastra Arab, dan ilmu Alquran.

Baca Juga: Pengertian Maqoshid Syariah dan Penerapan Fungsinya dalam Hukum Islam

Ia dikenal sebagai cendekiawan yang sangat nyeleneh, banyak sekali yang menceritakan kisah-kisahnya yang kebanyakan tak masuk akal itu.

Salah satu ceritanya ia menolak dijadikan penghulu negara. Ayahnya Abu Nawas adalah penghulu kerajaan Baghdad bernama Maulana.

Pada suatu hari bapaknya yang sudah lanjut usia itu mengalami sakit parah dan akhirnya meninggal dunia. Abu Nawas pun dipanggil ke istana oleh sang raja untuk menguburkan jenazah ayahnya sebagaimana adat Syekh Maulana.

Baca Juga: Gara-gara Omicron Keberangkatan Jemaah Umroh Ditunda, Ini Arahan Jokowi

Apa yang dilakukan Abu Nawas sama seperti apa yang dilakukan seperti Syekh Maulana. Mulai dari memandikan, mengafani, menyolati, dan menguburkannya. Raja pun bermaksud mengangkat Abu Nawas menjadi penghulu.

Namun, Abu Nawas mendengar rencana sang raja tersebut segera berpura-pura menjadi gila.

Usai pemakaman ayahnya, ia mengambil sebuah batang pohon pisang dan memperlakukannya sebagai kuda. Ia menungganginya dan berlari-lari seperti layaknya penunggang kuda. Teman-temannya pun heran melihat tingkah laku Abu Nawas.

Baca Juga: Jadwal Informasi Vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Kuningan pada 18 Desember 2021

Pada hari yang lain, ia menggiring banyak anak kecil ke makam ayahnya. Dan di sana mereka bermain rebana dan bersuka cita.

Semua orang semakin heran melihat tingkah laku Abu Nawas dan menganggapnya sudah gila karena ditinggal oleh bapaknya.

Pada suatu hari, beberapa utusan sultan Harun Ar-Rasyid datang menemui Abu Nawas.

Baca Juga: Jadwal Vaksinasi Covid-19 Anak Usia 6 Sampai 11 Tahun di Puskesmas Pancoran Mas Depok, 18 Desember 2021

"Hai Abu Nawas, engkau dipanggil untuk menghadap ke istana," ujar utusan tersebut.

"Buat apa sultan memanggilku, aku tidak ada keperluan dengannya," jawab Abu Nawas singkat.

"Hai Abu Nawas, kau tidak boleh berkata seperti itu kepada rajamu."

Baca Juga: Sikapi Kasus Pelecehan Seksual, UKM FKTH STIT Buntet Pesantren Gelar Kajian Tafsir dan Maqoshid Syariah

"Hai Wazir, kau jangan banyak cakap, cepat ambil kudaku ini dan mandikan di sungai supaya bersih dan segar," ujar Abu Nawas kepada utusan tersebut sembari menyodorkan batang pisang.

Wazir (utusan raja) hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan Abu Nawas.

"Hai Abu Nawas, kau mau tidak mengahadap raja?"

Baca Juga: INILAH Jadwal Laga Seri 4 BRI Liga 1 2021/2022 Versi Persebaya, Bajul Ijo Ikutkan U-18 dalam Latihan

"Katakan pada rajamu, aku sudah tau, maka aku tidak mau."

"Apa maksudmu?" tanya utusan itu dengan heran

"Sudah pergi sana, bilang saja begitu pada rajamu," ujar Abu Nawas

Wazir pun kembali ke istana dan melaporkan keadaan Abu Nawas kepada Sultan Harun Ar-Rasyid.

Baca Juga: Bobotoh Marah pada David da Silva, Kini Menjadi Harapan Persib Bandung

Dengan geram sultan pun berkata, "kalian bodoh!, hanya membawa Abu Nawas kesini saja tidak becus. Kembali dan bawa Abu Nawas ini baik secara sukarela atau paksa!"

Wazir pun segera pergi dan membawa 4 pengawal istana kembali ke rumah Abu Nawas untuk membawanya ke hadapan raja.

Namun, lagi-lagi tingkah Abu Nawas sangat nyeleneh di hadapan sang raja.

Baca Juga: TAK MAU KALAH: Persib Masukkan David da Silva, Persija Jakarta Datangkan 2 Jagoan Ini

"Hai Abu Nawas, bersikaplah sopan di hadapan raja," tegur sang raja kepada Abu Nawas.

"Ya Baginda, tahukan Anda?"

"Apa Abu Nawas?"

"Baginda, terasi itu dari udang," ujar Abu Nawas.

"Kurang ajar!, kau menghinaku Abu Nawas!"

"Tidak baginda, siapa bilang udang berasal dari terasi?"

Baca Juga: Persib Bandung Segera Datangkan Pemain Pengganti Wander Luiz untuk Berduet dengan David da Silva

Sang raja merasa dilecehkan, ia pun memerintahkan pengawal untuk memukulnya sebanyak 25 kali.

Usai dipukuli, Abu Nawas disuruh keluar dari istana, dan ia bertemu dengan penjaga gerbang.

"Hai Abu Nawas!, kau tempo hari ketika kau hendak masuk kota ini kita telah membuat perjanjian, jika engkau diberi hadiah oleh raja maka engkau akan membaginya separuh kepadaku, mana bagianku?"

Baca Juga: KABAR GEMBIRA Bagi Pecinta Sepak Bola, Uji Coba Nonton Secara Langsung Sudah Dapat Izin Polri, Ini Syaratnya

"Hai penjaga gerbang, apa engkau benar-benar menginginkan hadiah itu?" tanya Abu Nawas.

"Tentu saja!"

"Baiklah, aku tidak hanyak memberikan separuh, tapi aku akan berikan semuanya kepadamu," ujar Abu Nawas.

Dan tanpa banyak bicara Abu Nawas mengambil kayu dan memukuli penjaga gerbang itu sebanyak 25 pukulan hingga membuatnya pingsan dan ia kembali ke rumahnya.

Baca Juga: TERBARU Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang: Bukan Hanya Aktor, Dalangnya Tidak Bisa Mengelak

Keesokannya penjaga gerbang mengadukan perbuatan Abu Nawas kepada raja.

Sang raja pun memerintahkan pengawal untuk membawa Abu Nawas ke istana lagi.

"Hai Abu Nawas, Benarkah engkau telah memukuli penjaga gerbang sebanyak 25 pukulan?"

Baca Juga: Informasi Jadwal Vaksinasi Covid-19 Kota Sukabumi, 18 Desember 2021

"Ampun Tuanku, hamba melakukan itu karena sepatutnya dia menerima pukulan itu," jawab Abu Nawas.

"Apa maksudmu? Coba jelaskan."

"Hamba dengan penjaga gerbang tengah mengadakan perjanjian bahwa jika hamba diberi hadiah oleh raja maka hadiah tersebut dibagi dua. Nah pagi tadi, hamba menerima hadiah dari baginda sebanyak 25 pukulan, maka saya berikan juga kepadanya 25 pukulan," jelas Abu Nawas.

Baca Juga: Kemenag Keluarkan Peraturan Terbaru terkait Pelaksanaan Natal 2021

"Wahai penjaga pintu, benarkah engkau mengadakan perjanjian tersebut?" tanya baginda kepada penjaga pintu.

"Ampun tuanku, itu benar," jawab penjaga pintu dengan gemetar.

"Dasar tukang peras! Sekarang saya tahu bahwa penjaga gerbang kota Baghdad adalah orang yang suka memeras! Jika kau tidak mengubah sikapmu maka aku akan memecat dan menghukummu!"

Baca Juga: Lirik Lagu Tersanjung dari Bunga Citra Lestari From The Series, Menceritakan Pembuktikan Cinta

Mengapa Abu Nawas menolak pengangkatannya sebagai penghulu negara? Hal ini dikarenakan sebelum ayahnya meninggal dunia, ia pernah disuruh mencium bau kedua telinga ayahnya dan ditanya:

"Bagaimana bau kedua telingaku ini wahai anakku?" tanya ayah Abu Nawas.

"Yang sebelah kanan bau harum, dan sebelah kiri bau amat busuk," jawab Abu Nawas.

Baca Juga: MENGHARUKAN! Syeila Menangis Saat Wander Luiz Ucapkan Salam Perpisahan untuk Bobotoh Persib Bandung

"Tahukah kenapa sebabnya menjadi seperti itu?" tanya ayahnya lagi.

Abu Nawas pun menggeleng.

"Hal ini disebabkan dahulu ada dua orang mengadukan masalahnya kepadaku. Yang seorang aku dengarkan keluhannya dan yang satu orang lagi tak aku dengarkan keluhannya sebab aku tak suka. Inilah risiko jadi penghulu, jika kau suka menjadi penghulu maka kau akan merasakan hal yang sama, namun jika kau tidak suka, maka buatlah alasan yang masuk akal agar raja Harun Al-Rasyid tidak memilihmu menjadi penghulu," ujar ayahnya.

Baca Juga: HARUS TAHU! Ini Beberapa Manfaat Telur Ayam Yang Bagus Untuk Kesehatan Tubuh

Untuk itulah Abu Nawas bertingkah seperti orang gila, selalu nyeleneh di mata orang sekitarnya. Termasuk di hadapan raja.***

Editor: Husain Ali

Sumber: Buku Kisah 1001 Malam


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah