Sejarah Majalengka banyak diwarnai peperangan antara nagari-nagari di wilayah yang kini Kabupaten Majalengka, dengan Kerajaan Cirebon.
Pada banyak pertempuran saat itu, prajurit Cirebon harus mengakui keunggulan tentara asal Majalengka.
Diduga, keunggulan militer nagari-nagari di Majalengka berkat cara pemilihan prajurit menggunakan Sampyong. Dengan cara itu muncul prajurit-prajurit perkasa yang tahan banting dan ulet.
Baca Juga: Gempa Bumi Magnitudo 4,8 Guncang Wilayah Jailolo Halmahera Sabtu Malam 21 Agustus 2021
Meski kemudian dipergunakan untuk menyeleksi calon prajurit, sebenarnya Sampyong awalnya dimainkan oleh anak-anak gembala untuk mengisi waktu luang dan untuk menentukan pemimpin di antara mereka.
Di masa awalnya, Sampyong disebut Ujungan. Seiring perkembangan zaman, aturan-aturan Sampyong disederhanakan. Yakni seorang pemain hanya boleh memukul pemain lain sebanyak tiga kali.
Selain itu sasaran pukulan hanya sebatas betis dan pemain bermain berdasarkan kelas yang telah ditentukan disesuaikan usia pemain.
Baca Juga: Tersangka Pembunuh Ibu dan Anak di Subang Bawa Kabur HP Korban, Polisi Bicara Motif Pembunuhan
Portal kemdikbud.go.id juga menyebutkan, saat Sampyong dimainkan di halaman kantor bupati, seorang pedagang asal China menjadi salah satu penonton.