Sejarah Asal-usul Pondok Buntet Pesantren Cirebon, Keistimewaan dan Kehebatan Kyai Abbas Buntet

17 November 2022, 05:56 WIB
Masjid Buntet Pesantren Cirebon /Tangkapan Layar YouTube Penerus Para Nabi

PORTAL MAJALENGKA - Berikut kami sajikan sejarah tentang asal-usul berdirinya Pondok Buntet Pesantren Cirebon.

Asal-usul Pondok Buntet Pesantren Cirebon didirikan oleh seorang Kyai yang memiliki silsilah nasab sambung hingga Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.

Pendiri Pondok Buntet Pesantren Cirebon yaitu bernama Kyai Mukoyyim atau Mbah Mukoyyim. Ia mendirikan Pondok Buntet Pesantren sekitar abad ke-17.

Baca Juga: Asal-usul Ikan Dewa, Benarkah Prajurit Pajajaran yang Dikutuk oleh Prabu Siliwangi, Simak Kisahnya!

Selanjutnya kiprah Pondok Buntet Pesantren Cirebon tersebut memunculkan banyak ulama besar, di antara mereka adalah kyai Abbas Buntet sekitar tahun 1879 sampai tahun 1946

Kyai Abbas Buntet adalah salah satu ulama besar dari Pondok Buntet Pesantren Cirebon yang sangat berpangaruh di Cirebon, bahkan tidak hanya berpengaruh di Cirebon atau Jawa tetapi juga Nusantara.

Pondok Buntet Pesantren terletak di Desa Mertapada Kulon Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon Jawa Barat yang merupakan salah satu pesantren tertua yang ada di Indonesia.

Baca Juga: MISTERI RAJA KERA, Asal-usul Plangon Cirebon Berikut Keanehannya

Menurut buku sejarah perkembangan Islam di Jawa Barat, Kyai Abbas Buntet merupakan generasi keempat yang mengasuh pesantren tersebut.

Kyai Abbas Buntet merupakan putra sulung dari Kyai Abdul Jamil dengan pasangan atau istrinya yaitu Nyai Qoriah.

Semasa anak-anak Kyai Abbas Buntet dihabiskan untuk belajar dan mengaji ilmu agama, ia mengaji kepada  sang ayah dan Kyai Krian.

Kyai Abbas Buntet pada masa remajanya tercurah untuk menimba ilmu dari pesantren ke pesantren, diantara guru-gurunya saat itu adalah Kyai Nasuha sukansari Plered, kyai Hasan Jatisari weru dan kyai Ubaidah Tegal.

Kyai Abbas Buntet juga pernah belajar di pesantren Tebuireng Jombang di bawah bimbingan Kyai Hasyim Asy'ari sembari menjadi santri dia pun menikah.

Sebagaimana generasi ulama-ulama besar Nusantara abad ke-19, Kyai Abbas Buntet menggunakan kesempatan beribadah haji sebagai momentum menimba ilmu.

Baca Juga: PEMBUKAAN PENDAFTARAN PPK dan PPS untuk Pemilu 2024 Melalui SIAKBA, Catat Tanggalnya.

Teman-teman seangkatannya dari Indonesia adalah kyai Bakir Yogyakarta, Kyai Abdillah dan kyai Wahab Hasbullah Surabaya.

Di Masjidil haram Kyai Abbas Buntet berguru kepada syekh Ahmad khatib Al minangkabawi syekh Ahmad Zubaidi dan syekh Mahfudz Attermasi.

Kyai Abbas Buntet termasuk santri yang cemerlang, hal itu ditunjang pula dengan fakta ketika masih di tanah air dia telah menjadi santri senior di Mekkah.

Di saat waktu senggangnya Kyai Abbas Buntet membimbing beberapa kawan sesama pelajar dari Jawa. Diantara mereka yang pernah dibimbing kyai Abbas adalah Kyai Kholil Balerante dan Kiai Sulaiman Babakan Ciwaringin.

Pulang dari tanah suci Kyai Abbas Buntet semakin dihormati di masyarakat dia pun tidak putus untuk melanjutkan menuntut ilmu seperti di pesantren Tebuireng yang diasuh kyai Hasyim Asy'ari.

Pada saat itu Kyai Abbas Buntet ikut mendirikan pondok pesantren Lirboyo di Kediri bersama dengan kyai Wahab Hasbullah dan kyai Manaf.

Baca Juga: JADWAL PERTANDINGAN PIALA DUNIA QATAR 2022

Selanjutnya Kyai Abbas Buntet mulai memegang tampuk pimpinan pondok pesantren Buntet di kampung halamannya.

Kyai Abbas Buntet mengajak seluruh anggota keluarga besarnya untuk ikut membangun lembaga ini terutama sebagai pengajar dan santri-santrinya berasal dari berbagai penjuru daerah.

Ciri khas pesantren Buntet juga menjadi acuan bagi pengembangan ilmu-ilmu agama Islam khususnya tasawuf.

Di pesantren Buntet ada dua tarekat yang berkembang yakni tarekat Tijaniah yang disebarkan Kiai Anas buntet dan tarekat Syattariyah yang diajarkan kyai Abbas.

Kyai Anas merupakan adik kandung kyai Abbas, bagaimanapun kedua cabang tasawuf itu sama-sama diakui sebagai bagian dari tradisi pesantren tersebut.

Bahkan kedudukan Kyai Abbas Buntet tergolong istimewa, sebab Dia merupakan Mursyid tarekat Syattariyah dan sekaligus muqadam tarekat tijaniah.

Hal ini menandakan luasnya pengetahuan dan corak pemikiran sang Kiai yang terbuka sekaligus kritis.

Selain itu kyai Abbas juga menjadikan pesantren Buntet lebih maju dia menerapkan dua metode pengajaran yaitu cara formal berupa madrasah dan pola-pola tradisional.

Dualisme sistem ini mulai efektif menjelang tahun 1930, di luar pendidikan kyai Abbas juga menjadikan pesantren ini menjadi wahana peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Para santri diajarkan keterampilan berwirausaha misalnya membatik atau teknik pertanian di luar ilmu-ilmu agama.

Kyai Abbas juga mengajarkan seni bela diri kepada mereka, hal ini kelak menjadi modal penting bagi para santri untuk ikut mempertahankan kemerdekaan negeri dari penjajah.

Pondok pesantren Buntet pun menjadi basis penting laskar laskar jihad misalnya barisan Hizbullah, Sabilillah atau peta pembela tanah air, terutama ketika era setelah proklamasi pada tahun 1945.

Di luar itu dia juga membentuk dua regu laskar santri yakni asbal dan adfal, Kiai Abbas buntet dikenal luas sebagai pejuang yang berani pada zaman revolusi Belanda NICA, yang membonceng sekutu yang ingin menjajah kembali Indonesia.

Sementara itu laskar laskar Indonesia sibuk melucuti persenjataan Jepang sebagai persiapan tempur di Surabaya.

Sekutu semakin arogan dengan memaksa penduduk untuk menyerahkan senjata dan menyerah di tempat ultimatum ini.

Ditolak mentah-mentah oleh rakyat Indonesia mereka lebih memilih mati berjuang daripada ditindas kembali.

Menjelang pertempuran tanggal 10 November tahun 1945 itu di Cirebon kyai Abbas juga sudah mulai memobilisasi massa terutama dari kalangan santri.

Kyai Abbas memberikan komando untuk ikut dalam barisan perjuangan rakyat Indonesia di Surabaya, dia sendiri ikut terjun dalam kancah perang besar ini.

Orator buruh Bung Tommo bisa di katakan anak didik nya dalam semangat perjuangan.

Ditilik ke belakang peristiwa historis tersebut merupakan efek dari resolusi jihad yang di gagas para kiyai sebelumnya dalam Pertemuan Nahdlatul ulama di Surabaya pada Oktober tahun 1945.

Kyai Abbas merupakan salah satu Kyai yang turut menghadiri acara untuk merumuskan fatwa jihad tersebut.

Setelah Indonesia mendapatkan pengakuan kedaulatan Munawir Azis menjelaskan kiyai Abbas masuk ke dalam dunia politik pertama-tama.

Kyai Abbas menjadi anggota komite Nasional Indonesia pusat KNIP yang setara dengan parlemen saat ini dan dia mewakili konstituan Jawa barat.

Adapun di lingkungan organisasi Kyai Abbas turut aktif dalam Nahdlatul Ulama di sini jabatannya adalah anggota dewan Mutasyar pusat dan kemudian Rais Dewan Syuriah Nahdlatul Ulama Propinsi Jawa Barat.

Kyai Abbas wafat pada tahun 1946, jasadnya dikebumikan di komplek pemakaman keluarga di pondok pesantren Buntet Cirebon.

Sepanjang hayatnya almarhum memiliki dua orang istri yakni Nyai Asiah dan Nyai Zaenah. Kyai Abbas memiliki empat orang putra yaitu: kyai Mustahdi, kyai Mustamin kyai Abdullah dan kyai Nahduddin Royadi.

Periode setelahnya wafatnya kyai Abbas kepemimpinan pondok pesantren Buntet Cirebon di pegang kyai mustahdi.

Kyai Mustahdi Abbas sosok ini pernah belajar antara lain pada kyai Amin Babakan Ciwaringin kyai Dimyati Termas kyai Hasyim Asy'ari tebu Ireng dan kyai Abdul manan Lirboyo.

Setelah Kyai mustahdi berpulang ke Rahmatullah tambuk kepemimpinan pesantren ini berturut-turut diberikan kepada kyai Mustamin, kyai Abdullah dan kyai Nahduddin Royandi. 

Demikianlah kisah asal-usul sejarah Pondok Buntet Pesantren Cirebon, yang hingga kini semakin pesat dengan berdirinya banyak asrama atau pondokan untuk para santri menimba ilmu agama di sana.***

Editor: Rahman Prayitno Sodikin

Tags

Terkini

Terpopuler