Penyebaran Islam di Tatar Pasundan: Walang Sungsang, Lara Santang, dan Kian Santang Anak Prabu Siliwangi

14 Februari 2022, 19:49 WIB
Ilustrasi Prabu Siliwangi. Penyebaran Islam di Tatar Pasundan: Walang Sungsang, Lara Santang, dan Kian Santang Anak Prabu Siliwangi /Tangkapan layar youtube Nusantarago/

PORTAL MAJALENGKA - Pangeran Cakrabuana, Sunan Gunung Jati dan Raden Kian Santang merupakan tiga tokoh utama penyebar Islam di seluruh tanah Pasundan.

Demikian diambil dari sumber sejarah lokal, seperti Babad Tanah Cirebon. 

Ketiga tokoh ini, Pangeran Cakrabuana, Sunan Gunung Jati dan Raden Kian Santang merupakan keturunan Prabu Siliwangi.

Baca Juga: Sosok Penerus Sunan Gunung Jati, Gus Fariz Buntet Pesantren, Berdakwah Hingga ke Perkampungan Terpencil

Prabu Siliwangi yang memiliki keturunan pernikahannya dengan Nyai Subang Larang memiliki tiga putra yaitu, Pangeran Cakra Buana, Nyi Mas Lara Santang dan Raden Kian Santang.

Dan Sunan Gunung Jati merupakan Putra dari Nyi Mas Lara Santang, dan Sunan Gunung Jati merupakan keponakan dari Pangeran Cakra Buana dan Raden Kian Santang.

Prabu Siliwangi sendiri memiliki nama asli Prabu Jaya Dewata atau Sri Baduga Maha Raja, raja terakhir Pajajaran yang merupakan kerajaan Gabungan antara Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda.

Baca Juga: Inilah Agama di Jawa Sebelum Islam Disebarkan oleh Sunan Gunung Jati dan Para Wali

Sedangkan Pangeran Cakrabuana memiliki nama lain yaitu Pangeran Walangsungsang,

Pangeran Walang Sungsang, Nyi Mas Lara Santang, dan Raden Kian Santang merupakan anak Prabu Siliwangi dan hasil perkawinannya dengan Nyai Subang Larang,

Nyi Subang Larang adalah seorang puteri Ki Gede Tapa, penguasa Syah Bandar Karawang.

Baca Juga: Amalan Sunan Gunung Jati: Dapat Mendatangkan Rezeki Berlimpah, Dagang Akan Laris Jika Amalkan Ini

Peristiwa pernikahannya terjadi ketika Prabu Siliwangi belum menjadi raja Pajajaran; ia masih bergelar Prabu Jaya Dewata atau Prabu Pamanah Rasa.

Prabu Jaya Dewata saat itu hanya menjadi raja bawahan di wilayah Sindangkasih (Majalengka), yaitu salah satu wilayah kekuasaan kerajaan Galuh Surawisesa (kawali-Ciamis) yang diperintah oleh ayahnya Prabu Dewa Niskala.

Sedangkan kerajaan Sunda-Surawisesa (Pakuan/Bogor) masih dipegang oleh kakak ayahnya (ua: Sunda) Prabu Susuk Tunggal.

Nyai Subang Larang sebelum menjadi permaisuri dari Prabu Siliwangi telah memeluk Islam dan menjadi santri atau murid dari Syekh Hasanuddin atau Syekh Quro.

Ia adalah putera Syekh Yusuf Siddiq, ulama terkenal di negeri Champa (sekarang menjadi bagian dari Vietnam bagian Selatan).

Syekh Hasanuddin datang ke pulau Jawa (Karawang) bersama armada ekspedisi Muhammad Cheng Ho (Ma Cheng Ho atau Sam Po Kong) dari dinasti Ming pada tahun 1405 M.

Sesampainya di Karawang, Syekh Hasanudin mendirikan pesantren yang diberi nama Pondok Quro. Oleh karena itu ia mendapat gelar Syekh Quro.

Ajaran yang dikembangkan oleh Syekh Quro adalah ajaran Islam Madzhab Hanafiah.

Pondok Quro yang didirikan oleh Syekh Hasanuddin tersebut merupakan lembaga pendidikan Islam (pesantren) pertama di tanah Pasundan.

Kemudian setelah itu muncul pondok pesantren di Amparan Jati daerah Gunung Jati (Syekh Nurul Jati).

Setelah Syeikh Nurul Jati meninggal dunia, pondok pesantren Amparan Jati dipimpin oleh Syekh Datuk Kahfi atau Syekh Idhofi, seorang ulama asal Arab yang mengembangkan ajaran Islam madzhab Syafi’iyyah.

Sepeninggal Syekh Hasanuddin, penyebaran Islam melalui lembaga pesantren terus dilanjutkan oleh anak keturunannya, di antaranya adalah Musanuddin atau Lebe Musa atau Lebe Usa, cicitnya.

Dalam sumber lisan, Musanuddin dikenal dengan nama Syeikh Benthong, salah seorang yang termasuk kelompok wali di pulau Jawa (Yuyus Suherman, 1995:13-14).

Dengan latar belakang kehidupan keberagamaan ibunya seperti itulah, maka Cakrabuana yang pada waktu itu bernama Walang Sungsang dan adiknya Nyi Mas Lara Santang memiliki niat untuk menganut agama ibunya, daripada agama ayahnya (Sanghyang).

Dan keduanya harus mengambil pilihan untuk tidak tetap tinggal di lingkungan istana.

Dan inilah yang menjadi awal kisah penyebaran agama Islam di tatar pasundan nantinya, seperti apa kisahnya ikuti terus Portal Majalengka, Penyebaran Islam di Tatar Pasundan pada episode selanjutnya.***

Sumber : e-book Wirid Sunan Gunung Jati

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: e-book Wirid Sunan Gunung Jati

Tags

Terkini

Terpopuler