Kekerasan telah meningkat di Myanmar sejak kudeta militer pada 1 Februari. Ratusan orang dilaporkan terbunuh oleh pasukan keamanan yang mencoba memadamkan protes pro demokrasi di kota-kota dan pedesaan.
Kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) menyebutkan pasukan keamanan junta militer telah menewaskan sedikitnya 766 warga sipil sejak kudeta.
Baca Juga: Ahli: Perketat Prokes 3M dan Hindari Mobilitas Kunci Tekan Laju COVID-19
Namun pihak junta membantah angka tersebut. Pihak Junta juga menyebutkan, setidaknya 24 anggota pasukan keamanan kehilangan nyawa selama aksi protes.
Sejauh inu Reuters tidak dapat memverifikasi jumlah korban secara pasti. Karena pihak junta memberlakukan pembatasa pada media. Ada banyak wartawan di antara ribuan orang yang ditahan pihak junta.
Junta mengatakan mereka harus merebut kekuasaan setelah keluhannya mengenai adanya kecurangan dalam pemilihan umum pada November tahun lalu, yang dimenangkan oleh partai Suu Kyi, tidak ditangani oleh komisi pemilihan --yang menganggap pemilu itu sudah adil.
Baca Juga: Ahli Ilmu Kesehatan Anak: Siapkan Hal Ini Sebelum Buka Sekolah Kembali
Sementara Aung San Suu Kyi sejak kudeta ditahan bersama dengan banyak anggota partainya. AAPP mengatakan lebih dari 3.600 orang saat ini ditahan di Myanmar karena menentang militer.***