“Presiden menginstruksikan komite pemilihan umum dan seluruh lembaga untuk menggelar pemilihan umum yang demokratis di seluruh kota di tanah air,” demikian isi pengumuman dari PA atau kantor kepresidenan.
Beberapa faksi di Palestina kembali memulihkan hubungan dan berusaha menunjukkan Palestina yang bersatu setelah Israel membentuk hubungan diplomatik dengan empat negara Arab.
Baca Juga: Jokowi : Indonesia Bridge Builder, Dukung Palestina Merdeka
Hamas, faksi garis keras Islam yang menjadi rival Abbas di dalam negeri menyambut baik pengumuman tersebut.
“Kami telah berusaha menghadapi seluruh tantangan selama beberapa bulan terakhir sehingga kita dapat tiba di hari ini (menggelar pemilu, red),” kata Hamas melalui pernyataan tertulisnya.
Hamas mendorong pemerintah menggelar pemilu adil sehingga rakyat dapat menentukan pilihannya tanpa hambatan atau tekanan.
Sementara itu, seorang pengamat wilayah Gaza, Hani Habib mengatakan Palestina ingin menyampaikan pesan kepada pemerintah AS yang baru bahwa mereka siap bekerja sama.
Baca Juga: Raja Salman Ingin Solusi yang Adil untuk Palestina
Namun, seorang pengamat senior Tepi Barat, Hani Al-Masri ragu bahwa pemilu akan benar-benar berlangsung.
Al-Masri mengatakan pemilu sulit digelar karena masih ada perpecahan antara Fatah dan Hamas. Tidak hanya itu, AS, Uni Eropa, dan Israel menentang pemerintahan di Palestina dan keterlibatan Hamas yang dicap sebagai grup teroris.