Abu Nawas Mampu Membuat Turun Hujan di Musim Kemarau Berkat Bajunya yang Bau

21 Oktober 2022, 07:30 WIB
Abu Nawas Mampu Membuat Turun Hujan di Musim Kemarau Berkat Bajunya yang Bau /Youtube/Humor Sufi Official

PORTAL MAJALENGKA - Abu Nawas Mampu Membuat Turun Hujan Berkat Bajunya yang Bau.

Abu Nawas merupakan penyair paling masyhur di era kejayaan Islam. Orang Indonesia begitu akrab dengan sosok Abu Nawas.

Sejatinya penyair bernama lengkap Abu Nawas Al-Hasan bin Hani Al-Hakami memang seorang sufi yang cerdas. Abu Nawas hidup sezaman dengan Raja Harun Al Rasyid.

Baca Juga: Kisah Santri Jawa Timur yang Dapat Berkah Mbah Kholil Bangkalan hingga Jadi Kyai Besar

Dikisahkan ketika itu Abu Nawas melakukan kesalahan sampai-sampai Baginda Raja sangat murka kepadanya.

Baginda Raja pun memerintahkan beberapa prajurit istana untuk segera menangkap Abu Nawas.

Sementara Abu Nawas yang sedang berada di rumah memberitahukan kepada istrinya.

Baca Juga: Salah Satu Sangkalan PKI terhadap Pemberontakan Madiun 1948 yang Menewaskan Banyak Korban

"Wahai istriku sepertinya aku harus meninggalkan kampung halaman untuk beberapa waktu," ucap Abu Nawas kepada sang istri.

"Ada masalah apalagi wahai suamiku, kenapa engkau terlihat ketakutan?," tanya sang istri yang khawatir.

"Aku telah membuat kesalahan yang membuat Baginda Raja murka. Aku yakin tidak lama lagi Pasukan istana datang kemari untuk menangkapku," jawab Abu Nawas.

Baca Juga: Mengenal Jenis-jenis Makhluk Halus Kepercayaan Orang Jawa, Siapakah Mereka?

Abu Nawas pun segera mengemas pakaiannya ke dalam tas dan segera pergi meninggalkan rumah.

Dugaan Abu Nawas tidak melenceng, selepas kepergiannya beberapa prajurit istana datang menggeledah rumah Abu Nawas.

"Mana Abu Nawas?," tanya salah satu prajurit kepada istri Abu Nawas.

Baca Juga: Ketika Gus Dur Memaknai Hadis 'Tuntutlah Ilmu Sampai Ke Negeri China', Begini Penjelasannya

"Dia sudah pergi meninggalkan kampung ini," jawab Istri Abu Nawas.

Para prajurit pun langsung balik ke istana menghadap sang Baginda Raja

"Mana Abu Nawas?," tanya Baginda.

"Ampun Paduka yang Mulia, Abu Nawas sudah tidak ada di rumahnya. Kata istrinya dia sudah meninggalkan kampung ini," jawab salah satu prajurit.

Baca Juga: Berikut Tema dan Makna Logo Hari Santri Nasional 2022 Lengkap Link Downloadnya

"Kurang ajar, dia coba menghindari hukuman," pikir Baginda Raja

Saat itulah Abu Nawas mulai berpindah-pindah tempat dari kampung satu ke kampung yang lain

Saat dalam perjalananan Abu Nawas melewati sebuah desa yang sedang dilanda musim kemarau.

Abu Nawas yang mengenakan jubah dan sorban layaknya ulama besar sempat membuat warga terkesima.

Baca Juga: Sempat Ditunda, Ketum PSSI Iwan Bule Akhirnya Bersedia Diperiksa Kasus Tragedi Kanjuruhan

Para warga mengira bahwa Allah SWT telah mengirim seorang waliyullah untuk menolong dusunnya yang sedang mengalami kekeringa.

Para warga pun segera mengerumuni Abu Nawas

"Assalamualaikum Syekh sudilah kiranya Tuan Syekh mampir sebentar di rumah kami," minta kepala dusun.

Sebenarnya Abu Nawas menolaknya, namun karena para warga memaksa.

Baca Juga: Berikut Alasan Shin Tae-yong Pilih Turki Sebagai Lokasi TC Timnas Indonesia U20

Abu Nawas dijamu berbagai macam hidangan dan diperlakukan istimewa layaknya seorang Raja.

"Apa yang membuat kalian memperlakukanku sedemikian istimewa padahal kalian tidak mengenalku," tanya Abu Nawas

"Begini Tuan Syekh, dari penampilan Tuan Kami yakin kalau Tuan adalah ulama besar yang dikirim Allah SWT untuk membantu desa kami," jawab sang kepala desa.

"Memangnya apa yang menimpa desa kalian?," tanya Abu Nawas.

Baca Juga: Lirik Lagu Syubbanul Wathon yang Dinyanyikan Saat Upacara Bendera Peringatan Hari Santri 2022

"Sudah berbulan-bulan desa kami mengalami musim kemarau, tanaman-tanaman mati, air persediaan kami tinggal beberapa ember. Doakanlah desa kami wahai Tuan Syekh agar desa kami diturunkan hujan," jelas kepala desa.

Abu Nawas terdiam mendengar keluhan mereka, Ia juga berbulan-bulan tidak mandi dan bajunya sudah lama tidak dicuci padahal tujuannya ke sini untuk menumpang mandi.

Beberapa lama munculah ide cemerlang di otaknya

"Baiklah aku akan memanjatkan doa kepada Allah SWT supaya Desa kalian diturunkan hujan tapi ada syaratnya," ujar Abu Nawas.

Baca Juga: Refleksi Hari Santri: Mengenang Perjuangan Kakek Gus Dur KH Hasyim Asy'ari dari Siksaan Jepang

"Apa itu syaratnya Tuan Syekh?, kami bersedia melakukannya,"

"Syaratnya adalah kumpulkan semua air persediaan kalian dan taruh di tengah lapangan," perintah Abu Nawas.

Para warga pun membawa air terakhir yang mereka miliki, hanya ada air yang terkumpul hanya 2 ember, kemudian air tersebut ditaruh di tengah lapangan.

Abu Nawas pun melepas bajunya dan mencuci pakaian tersebut dengan air di ember pertama, sedangkan air di ember kedua digunakan untuk mandi.

Baca Juga: MBAH HASYIM ASY'ARI Kakek Gus Dur Bersama Ulama Dunia Berikrar di Depan Multazam

Melihat hal itu para warga pun menjadi terkejut

"Wahai Tuan Syekh itu air terakhir persediaan kami yang rencananya untuk minum anak-anak kami," ucap salah satu warga.

Apa yang Abu Nawas ini tentunya membuat kemarahan warga. Ada yang mencemooh, ada yang membentak, ada pula yang menghujat.

Namun di tengah kegaduhan itu Abu Nawas mengangkat bajunya yang dicuci lalu menjemurnya dan perkataan mereka tidak dipedulikan.

Baca Juga: Karomah Sakti Gus Dur Cium Wangi ketika Lewati Makam Wali Allah

Para warga bertambah emosi sehingga hendak memukul abu Nawas, tapi mereka langsung terhenti karena tiba-tiba mendengar suara guntur yang disusul hujan lebat.

Penduduk pun lupa dengan marahnya, bahkan sebaliknya mereka berebutan mencium tangan Abu Nawas dan mulai berteriak bahagia

Menyambut datangnya hujan yang sudah lama ditunggu saat itu sang kepala desa

"Tuan Syekh sebenarnya doa apa yang Tuhan panjatkan sehingga langit berkenan menurunk hujan," tanya kepala dusun dengan polosnya.

Baca Juga: FIX, Stadion Kanjuruhan Malang Diruntuhkan oleh Presiden Jokowi, Berikut Pernyataan Menpora Zainudin Amali

Abu Nawas menjawab begini
"Doaku biasa saja tapi jubahku ini tinggal satu dan tidak pernah dicuci selama berbulan-bulan bila aku menjemurnya pasti hujan akan turun deras mungkin karena langit tidak tahan dengan bau jubahku," tutir Abu Nawas.

Mendengar hal itu para warga pun langsung tertawa terpingkal-pingkal.

Sejak saat itu Abu Nawas mulai menetap di sesa tersebut hingga menunggu kemarahan Baginda Raja reda.

Baca Juga: VALID! Kontrak Habis, Saddil Ramdani Terima Pinangan Tim Liga Austria?

Demikianlah cerita lucu dari sang Abu Nawas Sampai bertemu kembali pada kisah-kisah inspiratif lainnya.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: YouTube Al Fathan

Tags

Terkini

Terpopuler