PORTAL MAJALENGKA - Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid dengan kenal dengan kiai yang unik.
Gus Dur merupakan Kiai yang selalu menghadirkan tawa dalam setiap guyonannya.
Menjadi pembesar NU, Gus Dur selalu ada saja yang bisa membuat tertawa dengan cerita-ceritanya.
Baca Juga: Resep Masakan Belut Bumbu Kuning, Super Lezat Mudah dalam Pengolahannya
Suatu hari, di bulan Ramadan, Gus Dur bersama seorang kiai lain (kiai Asrowi) pernah diundang ke kediaman mantan presiden Soeharto.
Kedatangan Gus Dur bersama rombongan untuk hadir dalam acara buka bersama bersama mantan Presiden kedua Indonesia.
Setelah buka, kemudian salat Maghrib berjamaah. Setelah minum kopi, teh dan makan, terjadilah dialog antara Soeharto dan Gus Dur.
“Gus Dur sampai malam di sini?”
“Engga Pak! Saya harus segera pergi ke ‘tempat lain’.” ujar Gus Dur menjawab pertanyaan Soeharto
“Oh iya ya ya… silaken. Tapi kiainya kan ditinggal di sini ya?” Soeharto kembali bertanya.
“Oh, iya Pak, tapi harus ada penjelasan.” ucap Gus Dur.
“Penjelasan apa?” tanya Soeharto lagi.
“Salat Tarawihnya nanti itu ngikutin NU lama atau NU baru?” jawab Gus Dur membuat sang mantan Presiden menjadi kaget.
Soeharto jadi bingung, baru kali ini dia mendengar ada NU lama dan NU baru. Kemudian dia bertanya.
“Lho NU lama dan NU baru apa bedanya?” ucap Soeharto.
Baca Juga: Pertamina Resmi Naikkan Harga BBM Nonsubsidi, Simak Daftar Selengkapnya
”Kalau NU lama, Tarawih dan Witirnya itu 23 rakaat,” kata Gus Dur.
“Oh iya iya ya ya… ga apa-apa….”
Gus Dur sementara diam.
“Lha kalau NU baru?” tanya Soeharto.
Baca Juga: Pesantren Harus Lebih Waspada Modus Penipuan Mengatasnamakan Kemenag
“Diskon 60 persen. Salat Tarawih dan Witirnya cuma tinggal 11 rakaat.” Semua tamu buka puasa langsung tertawa.***