Pengalaman Jadi TKW, Salah Seorang Wanita di Cilacap Kini Berbisnis Sambil Berdayakan Masyarakat

- 30 Oktober 2020, 14:00 WIB
Pengrajin memperlihatkan keripik daun beluntas di Kelurahan Banjaran, Kota Kediri, Jawa Timur, Selasa (6-10-2020). Tumbuhan yang biasanya digunakan sebagai tanaman pagar tersebut diolah menjadi keripik beraneka rasa dengan harga jual Rp7.000,00 per bungkus kemasan 50 gram. ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/foc.
Pengrajin memperlihatkan keripik daun beluntas di Kelurahan Banjaran, Kota Kediri, Jawa Timur, Selasa (6-10-2020). Tumbuhan yang biasanya digunakan sebagai tanaman pagar tersebut diolah menjadi keripik beraneka rasa dengan harga jual Rp7.000,00 per bungkus kemasan 50 gram. ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/foc. /

Benar saja, dengan modal Rp100 ribu untuk membeli pisang tanduk dan bahan lain, bisnis Nur perlahan mulai gemilang. Hingga puncaknya di akhir tahun 2015, Nur bertemu dengan seorang distributor keripik di Brunei Darussalam di sebuah pameran.

Tertarik dengan produk Nur, mereka pun sepakat menjalin kerja sama untuk memasarkan produk Nur di Brunei. Alhasil, produk keripik pisang Nur pun booming di negeri tersebut.

Baca Juga: Kabupaten Cirebon Tambah 15 Kasus Positif Covid 19

Tidak hanya ke Brunei. Nur mengaku setiap 4 bulan sekali rutin mengekspor produk keripiknya ke berbagai negara. Tidak tanggung-tanggung, sekali pengiriman bisa mencapai 1 kontainer keripik. Dengan harga Rp10 ribu per kilogram, dia bisa meraup omzet Rp 500 juta hingga Rp 800 juta setiap pengiriman.

Jika ada lebih dari satu negara tujuan dalam sekali pengiriman, omzet yang didapat bisa lebih dari Rp1 miliar.

Seperti yang terjadi baru-baru ini, pada masa pandemi ini, dia tetap berjuang dan mampu mengirim 1 kontainer ke Dubai dan Qatar. Selain Qatar, produknya kini sudah sampai ke beberapa negara Eropa, seperti Prancis, Belgia, Jerman, dan Belanda.

Baca Juga: Pemilik SIM C Akan Dapatkan BLT Rp 900 Ribu dari Pemerintah, Cek Faktanya Disini!

Di negara Eropa tersebut, produk keripik apel yang menjadi primadona, sedangkan di Qatar, justru produk kerupuk jengkol yang menjadi idola.

Jika awalnya usaha rumahan, kini Nur sudah memiliki workshop di daerah Karawang, Jawa Barat. Di sana, dia memiliki sekitar 260 tenaga kerja untuk membantu produksi keripik miliknya. Dengan mengusung usaha berbasis sociopreneur, dia banyak menggunakan jasa para mantan TKI yang sudah lanjut usia, terutama dari kalangan ibu-ibu.

"Saya berkeinginan membuat kampung keripik dan bisa memberdayakan ibu rumah tangga agar bisa mendapat penghasilan tambahan untuk keluarganya," tuturnya.***

Halaman:

Editor: Andra Adyatama

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x