Baca Juga: Penjualan Listrik PLN Rp205,1 Triliun
Terlebih pada masa pandemi saat ini, lanjut dia, hal ini sangat membantu perekonomian para karyawan. Memang, di awal pandemi sempat terjadi penurunan pendapatan sekitar 20 persen. Beruntung kondisi ini tidak berlangsung lama. Jumlah karyawan malah bertambah, dari 23 orang sekarang menjadi 26 orang.
Wanita 49 tahun ini bahkan tak pernah menyangka konfeksinya berkembang pesat. Ini karena sebelumnya Asih merupakan seorang karyawan perusahaan BUMN. Sebelumnya, dia tercatat sebagai karyawan di PT Pantja Niaga, sebuah BUMN yang kemudian merger dengan dua perusahaan lain menjadi Perusahaan Perdagangan Indonesia.
"Saya terkena PHK pada tahun 2005," ungkapnya.
Baca Juga: Libur dan Cuti Bersama, Konsumsi Pertamax Turbo Meningkat
Tak mau menyerah, Asih yang senang dengan keterampilan menjahit mulai belajar membuat kerajinan tangan seperti tas dan pernak-pernik rumah tangga. Dia belajar sendiri membuat tas.
"Caranya, tas yang sudah rusak saya bongkar, lalu saya perhatikan bagian-bagian di dalamnya apa saja dan dari situlah proses saya belajar," katanya.
Usahanya mulai dikenal luas setelah pada tahun 2010 mengikuti salah satu event, yaitu Pertamina Expo, Acara itu luar biasa animo pengunjungnya. Itu adalah salah satu expo yang selalu ditunggu masyarakat. Dia rutin mengikuti tiap tahun dengan biaya stan bayar sendiri. Pameran ini dimanfaatkannya untuk sebar kartu nama kepada pengunjung.
Baca Juga: Stok Beras Sampai Akhir Tahun 7 Juta Ton
Dampaknya, produk kerajinan tangan Asih, terutama tas dengan brand AW, makin dikenal luas. Bahkan, beberapa kali dia dilibatkan dalam kegiatan pameran, baik di Indonesia maupun luar negeri, seperti Jepang dan Hong Kong.
Sejak setahun terakhir, Asih menjadi pelaku UKM binaan RU IV Cilacap melalui Program Kemitraan. Selain pinjaman lunak, Pertamina juga membantu pemasaran produk-produk AW, termasuk menjadikan produk pernak-perniknya menjadi rujukan dan salah satu kerajinan yang direkomendasikan.
Pada masa pandemi Covid-19 sempat memukul usahanya. Akibatnya, ribuan pesanan yang sudah siap kirim dibatalkan oleh konsumen. Namun, selalu ada harapan di tengah ketidakpastian.