Pengalaman Jadi TKW, Salah Seorang Wanita di Cilacap Kini Berbisnis Sambil Berdayakan Masyarakat

- 30 Oktober 2020, 14:00 WIB
Pengrajin memperlihatkan keripik daun beluntas di Kelurahan Banjaran, Kota Kediri, Jawa Timur, Selasa (6-10-2020). Tumbuhan yang biasanya digunakan sebagai tanaman pagar tersebut diolah menjadi keripik beraneka rasa dengan harga jual Rp7.000,00 per bungkus kemasan 50 gram. ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/foc.
Pengrajin memperlihatkan keripik daun beluntas di Kelurahan Banjaran, Kota Kediri, Jawa Timur, Selasa (6-10-2020). Tumbuhan yang biasanya digunakan sebagai tanaman pagar tersebut diolah menjadi keripik beraneka rasa dengan harga jual Rp7.000,00 per bungkus kemasan 50 gram. ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/foc. /

Baca Juga: Dolar AS Menguat, Harga Emas Melemah

Awal pandemi berdampak pada minimnya pasokan APD baju hazmat dan masker kain, memberi inspirasi bagi Asih. Dia pun berinsiatif membuat masker kain dan merancang baju hazmat bagi kebutuhan paramedis.

Ia menyebutkan banyak sekali pesanan baju hazmat, seperti dari Baznas 15.000, Pertamina pesan 5.000, Dompet Dhuafa pesan 5.000, termasuk Wisma Atlet Jakarta yang menjadi rumah sakit bagi panderita Covid-19 pesan 5.000 baju hazmat.

Saat ini, seiring dengan ketersediaan baju hazmat yang sudah mencukupi Asih kembali para produk-produk kerajinan tangan dan jenis apa pun sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Baca Juga: Puncak Arus Balik Libur Maulid Nabi Muhammad SAW Diprediksi Sabtu-Minggu

Masker kain masih tetap memproduksi, hazmat juga masih ada meski tidak sebanyak dahulu. Bahkan, pihaknya juga memproduksi aksesoris untuk sepeda yang saat ini sedang tren, termasuk masker khusus untuk pesepeda.

Banting Stir

Asih adalah salah satu cerita pantang menyerah yang membantu ekonomi sekitar. Cerita lain datang dari binaan yang mampu memanfaatkan perkembangan zaman di tengah krisis akibat pandemi covid-19.

Pemilik usaha N&N Internasional ini sudah menerapkan seluruh skema pembinaan UMKM dari berbagai rujukan hingga pemanfaatan teknologi. Kini dia dapat memetik buah manis dari usahanya tersebut. Namun, siapa sangka, perjalanan Nurchaeti menapaki bisnisnya tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Baca Juga: Aktivis LAJ Bela Anies Baswedan yang dituduh Biayai Aksi Demo

Awalnya dia adalah seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Singapura, kemudian pada tahun 2013 memutuskan pulang ke Indonesia, lalu  buka usaha laundry. Tiga bulan pertama gagal total, hingga akhirnya bisa bertahan dan punya 6 cabang.

Dari pengalaman itu, semangat bisnis Nur kian membara. Berawal dari mengikuti pelatihan bisnis kuliner, Nur mendapatkan ilmu berharga terkait dengan bagaimana menentukan harga jual dan manajemen pemasaran. Dia pun terbesit untuk langsung terjun melakukan bisnis kuliner.

Awalnya, Nur mencoba memproduksi roti manis. Namun, karena kurang menguasai resep membuat adonan roti yang benar-benar pas, gagal pembuatan roti tersebut.

Baca Juga: Bandara Kertajati yang Telan Biaya Pembangunan Hampir Rp 3 Triliun, Kini Cuma Jadi tempat Prewedding

Nur lalu teringat bahwa almarhumah neneknya memiliki resep keripik pisang yang enak sekali. "Saat itu, saya kepikiran untuk memanfaatkan resep turun-temurun keluarga menjadi sebuah peluang bisnis," ucapnya.

Halaman:

Editor: Andra Adyatama

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x