Neraca Perdagangan dan Ekspor Tembus Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah

- 18 Mei 2022, 08:30 WIB
Ilustrasi Pergerakan Neraca Perdagangan
Ilustrasi Pergerakan Neraca Perdagangan /Gerd Altmann/

PORTAL MAJALENGKA - Pemulihan kondisi perekonomian pasca pandemi terus menjadi fokus Pemerintah dalam pengambilan kebijakan dan menjadi fondasi dalam menghadapi berbagai tantangan global yang kian masif kedepannya.

Berbagai kebijakan yang telah diambil Pemerintah guna menjaga kestabilan kinerja fundamental perekenomian juga menunjukkan sinyal positif pada tiap leading indicator.

Salah satu indikator perekonomian yang memiliki performa positif adalah neraca perdagangan yang kembali melajutkan trend surplus pada April 2022 dengan nilai mencapai US$7,56 miliar.

Baca Juga: Apa Itu Allo Bank yang Lagi Trending, Berikut Cara daftar dan Bisa Dapatkan Uang

Angka tersebut merupakan rekor tertinggi yang berhasil melampaui bulan Oktober 2021 dengan nilai sebesar US$5,74 miliar.

Pencapaian tersebut kian membawa perekonomian Indonesia menjadi lebih tangguh mengingat neraca perdagangan merupakan salah satu indikator utama dalam meningkatkan cadangan devisa dan menjaga ketahanan sektor eksternal Indonesia.

“Neraca perdagangan merupakan determinan yang sangat penting dalam mendorong percepatan pemulihan ekonomi dan menjaga ketahanan sektor eksternal Indonesia. Kita bersyukur bahwa salah satu engine utama pertumbuhan ekonomi ini terus mengalami performa gemilang dan bahkan kembali mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

Baca Juga: Akan Merugi Seseorang Kecuali yang Tahu Modal Utama Hidup, Begini Kata Quraish Shihab

Selain datang dari neraca perdagangan, kinerja positif juga ditunjukkan pada indikator ekspor yang mengalami surplus dengan nilai sebesar US$27,32 miliar.

Serupa halnya dengan surplus neraca perdagangan, angka surplus ekspor juga mampu mengungguli rekor tertinggi sebelumnya pada bulan Maret 2022 yang tercatat mencapai US$26,50 miliar.

Kinerja surplus pada nilai ekspor tersebut salah satunya dipengaruhi oleh tingginya harga komoditas unggulan saat ini seperti harga CPO sebesar 1.682,7 US$/MT atau tumbuh 56,09% (yoy), Batubara sebesar 302,0 US$/MT atau tumbuh 238,83% (yoy), dan Nikel sebesar 33.132,7 US$/MT atau tumbuh 100,55% (yoy).

Baca Juga: Profil Ryohei Miyazaki, Berguru di Liga yang Sama dengan Witan, Simak Catatannya

Selain itu tingginya dominasi sektor industri pada kegiatan ekspor yang mencapai 69,86% juga menjadi stimulus dalam peningkatan nilai surplus ekspor, hal ini karena kinerja ekspor akan mengarah pada basis komoditas-komoditas dengan nilai tambah yang terus bertumbuh.

Selain itu, program hilirisasi yang diterapkan Pemerintah untuk mendorong nilai tambah komoditas di tengah harga yang kian meningkat juga memiliki andil dalam tumbuhnya kinerja ekspor saat ini.

Hal ini dapat terlihat dari aktivitas manufaktur yang terus berada di level ekspansif dengan angka Purchasing Managers’ Index (PMI) April 2022 di level 51,9 naik dari posisi bulan sebelumnya di level 51,3.

Baca Juga: Ketua FBI Leo Situmorang Diperiksa Terkait Pelaporan Dugaan Asusila Hotman Paris

Adanya kenaikan tersebut membawa nilai PMI Indonesia berada diatas level PMI negara ASEAN lainnya seperti Vietnam (51,7), Malaysia (51,6) dan Myanmar (50,4).

Dengan keberhasilan program hilirisasi tersebut, ke depannya Pemerintah akan kian gencar dalam memaksimalkan berbagai potensi kebijakan lainnya seperti kerja sama bilateral dan multilateral dalam meningkatkan perdagangan, utamanya dalam peningkatan nilai ekspor Indonesia.

“Selain program hilirisasi, Pemerintah akan terus meningkatkan nilai ekspor Indonesia melalui berbagai upaya, salah satunya dengan melakukan program promosi ekspor dengan peningkatan kerja sama billateral dan multilateral. Forum G-20 juga akan dioptimalkan untuk menggali berbagai potensi kerja sama perdagangan dengan berbagai negara,” ungkap Menko Airlangga.

Baca Juga: Polemik Uang Asuransi Vanessa Angel, Begini Penjelasan Prof Bambang

Selain itu bergeser dari catatan nilai ekspor, sisi impor tercatat mengalami penurunan dari periode sebelumnya sebesar -10,01% (mtm) pada April 2022 menjadi sebesar US$19,76 miliar.

Namun penurunan tersebut tidak lantas menghambat kegiatan produksi, hal ini dikarenakan komposisi utama impor didominasi oleh golongan bahan baku/penolong dengan porsi sebesar 78,62% sehingga produksi barang baru yang bernilai tambah tinggi dapat terus dilakukan produsen yang akan mendorong peningkatan output nasional.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: ekon.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah