Ulul Albab; Muslim yang Berzikir dan Berpikir (Catatan Kecil Musibah di Awal Tahun 2021)

- 1 Februari 2021, 07:26 WIB
Dr H Masduki Duryat MPdI
Dr H Masduki Duryat MPdI /

BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana)  mencatat 236 kejadian bencana  yang terjadi sejak 1 Januari 2012.  Dari total bencana tersebut, bencana hidrometeorologi masih mendominasi hingga  28 Januari 2021 yakni bencana banjir, tanah longsor dan puting beliung.

Catatan BNPB, sebanyak 151 kejadian banjir terjadi di beberapa wilayah di tanah air, sedangkan tanah longsor 38 dan putting beliung 36. Kejadian bencana lain yang tercatat yaitu  gelombang pasang 5 kejadian, gempa bumi 5 karhutla 1 kejadian.

Bahkan ada kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak  jatuh dengan membawa penumpang 62 orang meninggal dunia dalam kecelakaan tersebut. Rasanya bencana itu juga semakin melengkapi kurva pandemi Covid-19 yang tidak kunjung melandai kasusnya. Saat ini menembus angka 1 juta lebih kasus dan menjadi negara tertinggi kasus Covid-19 di ASEAN.

Baca Juga: Ridwan Kamil Minta Pemkab Karawang Evaluasi Penanganan Covid-19

Ketika antropologi sebagai ‘biangnya’ penelitian ilmu social, maka banyak yang mengkorelasikan bencana dengan agama. Misalnya gunung Merapi dan gempa di Jogja meletus dihubungkan oleh banyak peneliti dengan alasan ‘agama’ yang irrasional secara empirik.

Demikian juga ada yang berpandangan dengan beberapa narasi dibangun bahwa gempa, tsunami, dan ditenggelamkan suatu wilayah. Pemantiknya adalah kemaksiatan yang bagi agamawan dipercaya sebagai katalisator Tuhan untuk menurunkan bencana/musibah.

Lalu benarkah demikian? Bagi agamawan hal itu bisa dianggap sebagai sebuah kebenaran. Apalagi dengan melihat realitas kitab suci—sebagaimana diungkapkan Quraish Shihab dalam Menabur Pesan Ilahi, Pertama, musibah/bencana terjadi karena ulah manusia (QS. 42: 30), Kedua, musibah/bencana tidak terjadi kecuali atas izin Allah (QS. 64: 11), Ketiga, bencana/musibah bertujuan untuk menempa manusia dan terlarang berputus asa—walaupun hal tersebut akibat kesalahan sendiri—sengaja atau tidak, (QS. 57: 22-23).

Baca Juga: Pemprov Jabar Perkuat 100 Puskesmas Untuk Tangani Covid-19 pada 2021

Tapi ada hal yang menarik uraian Amin Rais, jauh sebelum kejadian banjir bandang di kalimantan pada tulisannya tentang Tauhid Sosial; Rasanya QS. Al-Anfal (8): 53 seperti diturunkan kepada kita. Allah tidak akan mencabut kenikmatan yang diberikan kepada suatu bangsa atau kaum, kecuali bangsa itu dengan tangannya merusak, mendestruksi, menghancurkan kenikmatan yang telah diberikan Tuhan.

Hutan di Kalimantan orang menyebutnya sebagai ‘paru-parunya dunia’, hutan terbesar ketiga di dunia setelah Brazilia dan Zaire, tapi apa yang terjadi sekarang sudah gundul, ditebangi, dibakar dan dirusak oleh tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab. Sekitar 1,2 juta hektar telah dibakar, yang menurut WALHI kalau dirupiahkan kerugiannya mencapai 11 Trilyun rupiah.

Halaman:

Editor: Andra Adyatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah