Pandemi Covid-19 (Menata Hati Berjiwa Tenang)

- 15 Januari 2021, 06:00 WIB
Dr H Masduki Duryat MPdI
Dr H Masduki Duryat MPdI /

Oleh: Masduki Duryat*)

Dua tulisan terakhir tentang Covid-19 dari Prof. Dr. H. Cecep Sumarna dan Prof. Dr. H. Adang Djumhur Salikin, guru besar IAIN Syekh Nurjati Cirebon berupa testimoni untuk semakin menegasikan bahwa sejatinya Covid-19 benar-benar ada, “Masih banyak orang yang bertanya-tanya—bahkan tidak percaya, dan ragu—benarkah Covid itu ada? Jangan-jangan hanya konspirasi kelompok tertentu?”, kata Prof. Adang. Bahkan Prof. Cecep dengan sangat cemasnya menyatakan’ “Malam pertama sejak dinyatakan positif terasa begitu panjang.

Malam yang dihantui mimpi buruk, sangat sulit mengalihkan pikiran pada hal-hal yang positif. Bayangan meninggal tanpa boleh dikunjungi, termasuk ketidakbolehan dimandikan dan dishalatkan oleh anak dan saudara.

Mimpi yang semakin malah membuat terjebak pada ketakutan baru dan sangat luar biasa.” Sangat menginspirasi dan semakin menyadarkan kita untuk terus tiada henti melakukan ikhtiar.

Baca Juga: HMI Komsyarkum Gelar Diskusi dengan KPK, Bahas Masalah Bansos hingga Vaksin

Kamis, (14/01/2021) kita juga dikejutkan dengan berita meninggalkan seorang ulama besar, penyejuk jiwa, ‘pengawal para hafidz’ Syekh Ali Jaber yang terpapar Covid-19. Beliau diberitakan kritis di sebuah rumah sakit, kemudian sempat membaik lalu Kamis kemarin diberitakan meninggal dunia, kembali kepada Sang Pemilik Sejati Allah SWT., Innaa lillaahi wa Innaa ilaihi Rajiuun, pulang sebagai gejala psikologis yang oleh Nurcholish Madjid disebutnya dengan go home.

Kita merasa kehilangan, kepergiannya sangat memilukan hati, beliau sempat ditusuk oleh seseorang pada saat memberikan ceramah dan selamat, tapi tidak oleh Covid-19, beliau harus tunduk pada ketentuan Allah yang disebut pada ayat-ayat akhir QS. Lukman bahwa ada lima hak prerogratif Tuhan yang tidak bisa diintervensi manusia; kiamat, hujan, apa yang ada dalam rahim perempuan, apa yang akan terjadi esok, dan di mana kita akan dikuburkan.  

Kematian yang dalam bahasa Jalaluddin Rakhmat disebutnya sebagai upaya untuk menyucikan diri dari segala apa yang sudah diperbuat dalam kehidupan manusia. Kematian yang juga terkadang tidak membuat manusia lupa akan segala apa yang sudah dikerjakan maupun yang akan dikerjakan.

Baca Juga: Syekh Ali Jaber Meninggal, Begini Niat dan Cara Sholat Ghoib dengan Arab, Latin serta Terjemahannya

Halaman:

Editor: Andra Adyatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x