Peran cucuk sangat krusial, mereka bisa memantik sekaligus mengarahkan obrolan ringan menjadi tetap hangat dan kondusif. Berkat kehadiran cucuk di tengah-tengah kumpulan yang sedang ngobrol ngalor-ngidul, warga merasa menjadi bagian dari gerakan politik.
Cucuk harus peka dan bisa merasakan apa yang warga rasakan. Mereka harus bisa menjadi bagian dari gosip yang tengah beredar di antara calon pemilih.
Baca Juga: Bupati Kembali Tekankan Jaga Pilwu Serentak 2023 Cirebon dan Pemilu 2024 Tetap Kondusif
Cucuk harus mampu interaksi dengan segala kondisi sosial untuk ia kembangkan menjadi hubungan yang intim dengan masyarakat dan mampu mengarahkan perasaan masyarakat agar simpati dengan calon yang diusungnya.
Dengan kata lain cucuk adalah kunci dari kemenangan dari calon kuwu atau kepala desa. Mereka menjadi sekutu calon pemilih atau sebaliknya, utamanya bisa membuat alon pemilih merasa aman untuk menjadi sekutu mereka. Dalam bahasa kerennya, cucuk adalah penyambung lidah rakyat
Fenomena seperti ini menunjukkan bahwa menjadi cucuk adalah pekerjaan yang sangat serius. Meskipun durasi masa kampanye tergolong singkat.
Adapun para cucuk ini bekerja kadang tanpa komisi, karena pada kebanyakan biasanya para cucuk ini nantinya akan diangkat menjadi perangkat pembantu calon kuwu ketika sudah terpilih.
Atau mungkin aliansi yang terbentuk saat proses kampanye bisa digunakan sebagai aset sosial yang membawa keuntungan di kemudian hari.
2. Istilah pulung dalam proses pilwu
Selain cucuk, istilah pulung dalam proses pemilihan kuwu juga menjadi salah satu hal yang akrab di masyarakat. Bahkan dianggap aspek penting dalam setiap acara perayaan pesta pilwu atau Pilkades di Kabupaten Cirebon.
Pulung adalah pertanda spiritual yang konon merupakan petunjuk siapa yang bakal menang dalam kontestasi pilwu ini. Karena itu, semua calon yang ikut Dalam pesta demokrasi pilwu atau pilkades akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan pulung tersebut dengan mengadakan acara doa-doa.