Sementara untuk seniman tarling klasik kiser gancang ada Uci Sanusi dari Klangenan Cirebon, Sunarto dari Kecamatan Palimanan.
Musik tarling mulai ber-evolusi dengan berbagai musik lain terjadi pada fase ketiga. Pada masa ini para seniman menyebutnya Tarling Dangdut (1980 sampai sekarang).
Baca Juga: Mengenal Sunarto Martaatmadja Maestro Tarling Cirebon, Pernah Jual Jerami untuk Beli Gitar
Pada fase ini musik tarling sudah berkolaborasi dengan irama musik dangdut nasional. Musik tarling mulai terpengaruh kekuatan musik dangdut Roma Irama.
Perubaha pada era ini tampak music tarling sudah menggunakan gendang dan orkes dangdut, drum, terompet bahkan gaya busana para seniman pun sama seperti seniman dangdut.
Dari sisi lagu, musik tarling pada era ini tidak lagi terpaku pada notasi tradisional atau gamelan. Bahkan irama lagunya pun lebih cepat dari tarling kiser gancang.
Pelopor tarling dangdut di era ini diantaranya adalah Maman Suparman dari Kecamatan Arjawinangun, Udin Jaenudin Sukra, Sadi Maulana, Yoyo Suwaryo yang berasal dari Kabupaten Indramayu.
Musik khas Cirebon-Indramayu kemudian kembali ber-evolusi pada fase empat menjadi tembang pantura (tahun 2000 sampai sekarang). Ciri musik pantura ini sudah meninggalkan irama atau notasi tradisional.
Baca Juga: Mengenal Abdul Adjib, Si Baridin Maestro Tarling Cirebon Pencipta Lagu 'Warung Pojok' yang Fenomenal
Perubahan musik tarling menjadi tembang pantura lebih mengadopsi pada jenis musik dangdut modern yang sangat bergantung pada alat musik elektronik.