Yuk Intip Keindahan Masjid Agung Sang Cipta Rasa Peninggalan Sunan Gunung Jati

- 25 Oktober 2022, 09:00 WIB
Masjid Agung Sang Cipta Rasa
Masjid Agung Sang Cipta Rasa /Arif Rohidin/

PORTAL MAJALENGKA – Masjid Agung Sang Cipta Rasa ini merupakan salah satu peninggalan Sunan Gunung Jati dan menjadi salah satu ikon Cirebon.

Keindahan arsitektur bangunan masjid Agung Sang Cipta Rasa ini sangat menarik perhatian masyarakat.

Masjid ini terletak di Kelurahan Kasepuhan Kecamatan Lemah Wungkuk, Kota Cirebon. Letaknya di sebelah barat alun-alun, dan di sebelah barat laut Keraton Kasepuhan.

Baca Juga: Abu Nawas Mengerjai Seorang Rahib yang Sombong Hingga Wajahnya Pucat Menahan Malu

Masjid ini dibangun pada sekitar akhir abad ke-15 oleh Walisongo atas prakarsa dari Sunan Gunungjati, salah satu wali dari Walisongo.

Dirancang oleh seorang arsitek Majapahit yang bernama Raden Sepat dibantu oleh 200 orang pembantunya dari Demak.

Pembangunannya dipimpin oleh Sunan Kalijaga. Konon masjid ini dibangun dari rasa dan kepercayaan, karena itu dinamakan “Sang Cipta Rasa”.

Baca Juga: Mengenal Peribahasa Jawa yang Maknanya Positif, Bisa Jadi Rujukan Motivasi

Mengenai penyebutannya, pada awalnya disebut Masjid Pakungwati karena terletak di lingkungan Keraton Pakungwati dan sekarang terletak di lingkungan Keraton Kasepuhan.

Mengenai tahun berdirinya masih belum pasti. Menurut tradisi keraton, tahun berdirinya Masjid tertulis dalam candrasangkala berbunyi “waspada penembahe yuganing ratu” yang kalau dikonversi dalam angka 1422 Šaka atau 1500 Masehi.

Tradisi keraton juga menyebut bahwa Masjid ini termasuk masjid tertua di Jawa dan sejaman dengan Masjid Agung Demak.

Baca Juga: GRATIS! 10 Twibbon Keren Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2022

Sumber lain menyebutkan bahwa masjid ini dibangun tahun 1480 atas prakarsa Nyi Ratu Pakungwati dengan dibantu oleh Wali Sanga dan beberapa tenaga ahli yang dikirim oleh Raden Patah.

Dalam pembangunan masjid, Sunan Kalijaga mendapat kehormatan untuk mendirikan sakaguru yang konon dibuat dari tatal tatal kayu, karena itu sakaguru tersebut dinamakan juga sakatatal.

Atapnya bertingkat dua dan berbentuk limas, mustaka atau momolo.

Baca Juga: Kemenkes Resmi Larang Obat Sirup, Bagaimana jika Anak Demam? Berikut Solusinya

Keadaan ini berbeda dengan hiasan puncak pada masjid-masjid tua lain yang ditemukan di Tanah Jawa, seperti Masjid Agung Banten, Masjid Agung Demak, dan Masjid Kadilangu yang mempunyai yang atapnya bertingkat berbentuk limas, dan puncaknya terdapat hiasan momolo.

Atap ini disangga oleh empat tiang utama yang disebut Saka Guru. Saka Guru yang ada di sudut tenggara konon dibuat dari tatal (potongan potongan kayu) oleh Sunan Kalijaga.

Bentuk denah awalnya bujursangkar, sedangkan serambi-serambinya merupakan perluasan dari masa yang berbeda.

Baca Juga: 8 Destinasi Wisata Alam yang Hits dan Populer di Lumajang Ini Layak Dijadikan Opsi Liburan Keluarga

Masjid ini mempunyai dua serambi, yaitu serambi tertua ada di sebelah selatan yang disebut prapayaksa, dan serambi depan di sebelah timur yang disebut pemandangan.

Pintu masuknya ada sembilan buah. Yang melambangkan Walisongo. Pintu masuk yang delapan, masing-masing empat di utara dan empat di selatan.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Buku Atlas Sejarah Indonesia Masa Islam


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x