Perkembangan Islam di Cirebon Sebelum Era Sunan Gunung Jati

- 8 Juni 2022, 14:00 WIB
 Masjid Sang Cipta Rasa di Cirebon, peninggalan Sunan Gunung Jati yang dibangun pada 1489, terletak di kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon, konon menjadi saksi saat Wali Songo berdialog dengan Syekh Siti Jenar
Masjid Sang Cipta Rasa di Cirebon, peninggalan Sunan Gunung Jati yang dibangun pada 1489, terletak di kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon, konon menjadi saksi saat Wali Songo berdialog dengan Syekh Siti Jenar /Tangkapan layar dari cirebonkota.go.id

PORTAL MAJALENGKA - Cerita tentang Sunan Gunung Jati, sementara ini yang dipandang paling kuat adalah Carita Purwaka Caruban Nagari (CPCN). Berikut ini di antara kisahnya.

Sunan Gunung Jati aslinya bernama Syarif Hidayat. Ayahnya bernama Maulana Sultan Mahmud yang disebut juga Syarif Abdullah. lbunya adalah Nyai Rara Santang asal şunda, yang setelah menikah disebut Saripah Mudaim (Syarifah Mudaim).

Sebelum kedatangan Sunan Gunung Jati, daerah Cirebon dibedakan atas dua daerah, yaitu daerah Larang dan Girang. Daerah Larang berada di pesisir pantai dan berada di bawah kekuasaan Ki Gedeng Jumajan Jati.

Baca Juga: BOCORAN Sinopsis My Lecturer My Husband Season 2 Episode 4: Arya Minta Inggit Lakukan Ini

Sedangkan daerah Girang berada dalam wilayah di bawah Gunung Ciremai di bawah kekuasaan Ki Gedeng Kasmaya, penguasa Wanagari. Kedua penguasa tersebut adalah saudara Anggalarang.

Dalam masa Walisongo angkatan pertama, Laksamana Cheng HO juga pernah singgah selama satu pekan di pantai Muara Jati, Cirebon bersama 27.800 pasukan perang dengan sejumlah 63 kapal armada.

Sebagai tanda persahabatan, Laksamana Cheng HO mendirikan sebuah mercusuar di puncak bukit tepi pantai Muara Jati. Sebagai balasannya, Ki Gedeng Jumajan Jati memberikan hasil bumi sebagai perbekalan berupa garam, terasi, beras tumbuk, rempah-rempah dan kayu jati.

Sebelum kelahiran Sunan Gunung Jati, perkembangan İslam di Cirebon sudah menunjukkan hasil yang cukup baik.

Baca Juga: BELUM USAI! Indonesia U20 vs Aljazair U20 di Toulon Cup Prancis 2022

Pada tahun 1418 Ki Gedeng Jumajan Jati bersahabat dengan ulama İslam yang berasal dari Mekah dan Champa. Di antaranya adalah Syekh Hasanuddin bin Yusuf Shidiq yang juga dikenal dengan Syekh Quro.

Beliau menuju ke daerah Kerawang dan mendirikan pesantren di Deşa Talaga Sari. Di antara murid Syekh Hasanuddin ini bernama Nyai Subang Larang yang menikah dengan Prabu Siliwangi.

Dengan pernikahan ini keduanya karunia tiga orang putra, yaitu Pangeran Walangsungsang, Nyai Larasantang, dan Raja Sengara.

Pada tahun 1420 M datang ulama dari Baghdad bernama Syekh Dzatu Kahfi (Datuk Kahfi) bersama 22 pengikutnya dan mendirikan pondok pesantren di Pesambangan, dekat Muara Jati.

Baca Juga: INILAH Prediksi Susunan Persib Bandung Dalam Piala Presiden 2022, Tendem David da Silva dan Ciro Alves

Pangeran Walangsungsang dan istrinya beserta adiknya bernama Nyai Rarasantang berguru kepada Syekh Datuk Kahfi di Pasembangan.

Pada tahun 1445 M, dibukalah perkampungan di pesisir Lemah Wungkuk (Keraton Kanoman) oleh Pangeran Walangsungsang. Perkampungan Wungkuk ini menjadi cikal bakal bagi berdirinya kota Cirebon.

Saat Sunan Gunung Jati masih berusia 2 tahun, pada 1450 M sudah di bangun Masjid Jalagrahan oleh Pangeran Walangsungsang pada tahun 1468 M, saat Syarif Hidayatullah berusia 20 tahtın, beliau menunaikan haji ke Mekah dan belajar İslam di Madinah.

Beliau belajar Islam kepada Syekh Ataullah Sajili, seorang ulama pengikut madzhab imam Syafi'i selama 2 tahun. Dari Mekah lalü menuju Baghdad untuk mendalami Tasawuf.

Baca Juga: Jiwa Kesatria Prabu Niskala Wastukancana Kakek Prabu Siliwangi Saat Berusaha Balas Dendam Kepada Gajah Mada

Setelah itü Syarif Hidayatullah menuju Pasai untuk belajar İslam kepada Maulana İshaq dan tinggal di pondoknya. Maulana İshaq sendiri merupakan anggota Walisongo angkatan awal yang pergi dari Blambangan dengan meninggalkan putra bernama Ainul Yaqin (Sunan Giri).

Setelah selesai, Syarif Hidayatullah kembali ke Jawa dengan singgah di Banten. Pada saat itü di Banten sudah banyak orang-orang yang memeluk İslam sebagai hasil dakwah Sunan Ampel, seorang pimpinan Wali songo yang tinggal di Ampel Gading (Ampel Denta).

Beberapa waktu kemudian, Syarif Hidayatullah menumpang perahu milik orang Jawa Timur dengan tujuan ke Ampel Dento. Saat itü Sunan Ampel membagi tugas penyebaran dakwah Islam.

Syarif Hidayatullah diberi tugas untuk menyebarkan Islam di tanah Şunda, karena ibunya masih berasal dari sana dan juga uaknya (kakak dari ibunya).

Baca Juga: Gara-gara Lidah Cadel Penjajah Belanda, Nama Murid Sunan Gunung Jati Jadi Berubah

Pangeran Cokrabuwana telah terlebih dahulu bertindak sebagai penyebar İslam di samping kedudukannya sebagai penguasa Cirebon.

Dalam perjalanan ke tanah Şunda, Syarif Hidayatullah disertai oleh Adipati Keling yang telah menjadi penganut İslam beserta 98 orang pengikutnya.

Di Cirebon, Syarif Hidayatullah menetap di Gunung Sembung dan mendirikan pondok pesantren. Di sinilah Syarif Hidayatullah bergelar Susuhunan Gunung Jati.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Buku Walisongo karya Rachmad Abdullah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x