Dalam catatan sejarah pula, Cirebon sejak didirikan oleh Sunan Gunung Jati, dikenal sebagai daerah perdagangan.
Hal ini karena letaknya yang strategis, yakni pinggir utara Pulau Jawa dan hadirnya pelabuhan Muara Jati dekat Kelenteng Talang dan Viraha Welas Asih.
Cirebon sejak lama terkenal dengan toleransinya. Di mana percampuran budaya di antara pendatang dan pribumi sudah terjadi sejak berabad-abad lamanya.
Seperti halnya dengan warga keturunan Tionghoa, di Cirebon banyak bukti dari akulturasi mereka. Sehingga hal ini menjadi identitas Cirebon yang selalu menghargai perbedaan.
Baca Juga: Ini Bahayanya Terlalu Banyak Mengkonsumsi Makanan Pedas Bagi Kesehatan
Tidak jauh dari Kelenteng Talang berdiri gedung Yayasan Vidya Dharma Purnama, yayasan yang menaungi Kelenteng Talang. Umat Tionghoa yang beragama Konghucu menggelar budaya cuci Kimsin atau patung Dewa.
Sebelum dicuci umat Konghucu melakukan ritual pelemparan dadu terlebih dahulu, untuk mengetahui dewa setuju atau tidak untuk dimandikan.
Selanjutnya satu persatu patung dewa yang berada di Altar persembahan dicuci menggunakan air mawar dan melati. Pembersihan ini bermakna agar jiwa dan raga kembali bersih.
Kimsin atau Patung Dewa yang sudah dicuci ini nantinya akan digunakan dalam prosesi persembayangan perayaan Tahun Baru Imlek 2573 pada 1 Pebruari 2022.