Wisata Sekaligus Melihat Peninggalan Sejarah di Majalengka? Kunjungi 4 Tempat Ini

6 September 2020, 13:28 WIB
Bunker Peninggalan Jepang /Portal Majalengka/Andra Adyatama

PORTAL MAJALENGKA - Selain kaya akan wisata alam dan agrowisata, Majalengka juga memiliki destinasi wisata sejarah.

Bahkan hingga saat ini para peneliti masih terus melakukan kajian untuk mencari bukti-bukti peninggalan sejarah yang ada di Majalengka.

Diterangkan di dalam Buku Sejarah Majalengka Karya N Kartika yang mewawancarai Budayawan Ayatrohaedi, Nama Majalengka bila diartikan dalam bahasa Jawa Kuno yaitu kata ‘Maja’ merupakan nama buah dan kata ‘Lengka’ yang berati pahit, jadi kata ‘Majalengka’ adalah nama lain dari kata Majapahit.

Baca Juga: Cibodas Tangat-1, Sumur Pertama Minyak Bumi di Indonesia

Selain itu Majalengka sebagai ibukota kabupaten selanjutnya semakin dikuatkan dengan adanya Surat Staatsblad, 1887 No. 159 mengatur dan menjelaskan tentang batas-batas wilayah dari Kota Majalengka.

Nah, untuk belajar sambil berwisata sejarah, berikut beberapa tempat yang diyakini punya nilai sejarah di Majalengka.

Baca Juga: Karang Taruna Tegaskan Kadernya Masifkan Gerakan 3M

1. Goa Jepang

Goa Jepang atau Bunker Kodim yang berlokasi di Jalan KH Abdul Halim Kelurahan Tonjong Majalengka, saat ini mulai jadi perhatian wisatawan.

Bahkan, pada hari libur banyak warga yang berkunjung untuk melihat secara langsung seperti apa Goa Jepang atau Bunker Kodim tersebut.

Kepala Disparbud Majalengka, Lilis Yuliasih  mengatakan berdasarkan hasil penelitian Bunker Kodim ini dinyatakan sebagai tinggalan purbakala yang memenuhi sebagai Cagar Budaya Tingkat  Provinsi Jawa Barat dan dilindungi Undang-undang  Nomor 11 tahun 2012 tentang cagar budaya dan telah terdaftar pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat yang dikelola Kodim 0617 Majalengka.

Baca Juga: Penjualan Mobil di China Tumbuh Pelan 5 Tahun Kedepan

"Berdasarkan hasil pendataan, bangunan komplek tersebut sejak awal telah digunakan sebagai tangsi militer Belanda. Dilihat dari gaya bangunannya, kemungkinan tangsi ini dibangun pada akhir abad 19 sampai dengan dekade abad 20," katanya.

Bunker bangunannya seluas 116 meter persegi berdiri di atas lahan 69.000 meter persegi tepat menghadap Sungai Cibedug dan jalan KH Abdul Halim tepat di sebelah selatannya.

Bungker dibangun pada tebing sungai yang diperkuat dengan bata dan beton, sisi luarnya teteap berupa tanah sebagai kamuflase dan juga sebagai peredam.

Baca Juga: Prediksi BMKG, Sejumlah Provinsi Kemungkinan Hujan

Antara  bunker pertama dengan kedua  berjarak 7 meter.

"Pintu bunker 1 menghadap ke barat dan pintu bunker 2 menghadap ke barat laut. Sehingga kedua bangunan bunker menghadap markas kodim. Daun pintunya terbuat dari baja dengan lubang persegi empat sebagai ventilasi udara dan cahaya," ujarnya.

Masih dikatakannya, tinggi pintu berukuran 175 cm, lebar 122 cm, dengan ketebalan 10 cn. Didnding bunker terbuat dari bata yang dilapisi beton dengan ketebalan 48 cm,  begitupun dengan dinding bagian atas meakioun ketebalannya tidak diketahui dan berlantai tanah.

Baca Juga: Meskipun Tidak Ada Bukti Ilmiah, Tapi Beberapa Alasan Ini Cukup Logis Menyebut Majalengka Kota Angin

"Ketebalan dinding yabg berbeda terdapat pada bagian dinding pintu yang memiliki ketebalan 50 cm. Tiap bunker memiliki ruangan berbentuk U pada tiap ujung lorongnya dengan panjang 4,2 m terdapat pintu jalan keluar masuk dengan jarak antar pintu 4,4 m. Untuk prngamatan dinding bunker bagian dalam terlihat adanya bekas lubang kusen pintu letaknya pada ujung dalam kedua lorong," ungkapnya. 

Ruang utama bunker disekat menjadu dua dengan satu pintu penghubung yang kini hanya tetlihat bekas kusen saja. Setiap ruang berukuran 550x370 cm dan 400x370 cm dengan tinggi 187 cm.

Baca Juga: Tidak Hanya Kota Angin, Majalengka Juga Punya Julukan Lain. Selengkapnya Cek Disini!

2. Gedung Jangkung (Tinggi)

Penyebutan Gedung Jangkung atau dalam bahasa Indonesia artinya tinggi, oleh masyarakat dikarenakan bangunan ini memiliki menara pada satu sudut bangunannya, yaitu di sudut barat daya, sesuai dengan sudut persimpangan.

Bangunan berdiri di atas batur dengan ketinggian ± 75 cm. Pada bagian muka rumah tidak terdapat serambi.

Pintu utama dinaungi oleh porch berkerangka atap dari bahan kayu dan beratap seng. Porch ditopang oleh pilar dengan ornament yang cukup indah yang secara keseluhan menampilkan bentuk pelengkung.

Baca Juga: Telstar 18, Bola Buatan Majalengka yang langganan dipakai di Piala Dunia

Pintu depan berupa pintu tinggi dengan dua daun pintu berpanel kaca yang diapit oleh dua jendela di kanan dan kirinya. Untuk menyesuaikan bentuk pintu utama dengan porch, maka di atas pintu dan jendela ditempatkan susunan bovenlight berupa kaca-kaca jendela tinggi yang tampaknya dapat pula dibuka bila perlu.

Bangunan ini terletak di persimpangan yang menghubungkan Jl. KH. Abdul Halim dengan Jl. Imam Bonjol dan Jl. Trikora, kelurahan Majalengka Kulon, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka, diperkirakan usianya lebih dari 1 abad, kemungkinan kurang lebih tahun 1900-an.

Bangunan Gedung Jangkung berada di sudut persimpangan jalan, sehingga bangunan ini merupakan bangunan sudut.

Baca Juga: Melihat Daerah Terluar dan Batas-batas Wilayah Kabupaten Majalengka

Seperti lazimnya bangunan sudut, lahan tanah Gedung Jangkung berdiri cukuplah luas (42 x 28 m), sehingga masih terdapat lahan yang lapang untuk digunakan sebagai taman di bagian depan dan samping yang berbatasan dengan jalan. Luas bangunannya saja sekitar 28 x 19 meter.

Serambi muka berada sisi utara bersisian dengan jalan masuk menuju ke halaman belakang. Pada bagian atas serambi terdapat satu lantai lagi, mungkin sebagai serambi terbuka yang pada tepiannya dibatasi oleh pagar setinggi 50 cm dengan ornament yang indah. Tangga naik menuju lantai atas tersebut berada di sisi belakang serambi.

Gedung Jangkung dibuat dengan ruangan-ruangan yang memiliki plafon tinggi, sehingga hampir di sepanjang dindingnya dipenuhi oleh jendela-jendela yang tinggi pada bagian bawah dan atas.

Baca Juga: Shin Tae-yong : Kalah Lawan Bulgaria Bukan Masalah

Rumah ini juga memiliki pintu lain di bagian samping dan belakang. Typanum bagian sisi barat memiliki ornament ukiran kayu yang cukup menarik, pada bagian bawahnya terdapat kanopi dengan atap asbes dalam susunan berlian (diamond pattern).

Bahan dan bentuk pasangan atap seperti ini juga terlihat pada bagian menara dengan kondisi yang telah rusak.

Baca Juga: Potensi Politik Uang Ada di Pilkada Apapun

3. Rumah Adat Panjalin

Rumah kuno itu terletak di RT/RW 1/5 Blok Rabu, Kampung Penjalin, Desa Panjalin, Cikalong Wetan, Kabupaten Majalengka. Lokasi ini berjarak sekitar 23 km dari Majalengka.

Untuk mencapai ke lokasi relatif cukup mudah dengan berjalan kaki dan kendaraan roda dua, kendaraan roda empat hanya bisa menjangkau jalan besar yang terdapat di bagian timur kampung.

Jarak antara jalan besar dan rumah adat sekitar 200 m. Secara astronomis rumah ini terletak pada koordinat 6º41’51” LS dan 108º21’25” BT.

Baca Juga: Emil : Kenaikan Tarif Tol Tidak Bijak

Rumah Adat Panjalin dibangun oleh Raden Sanata, sekitar abad ke-17.

Beliau merupakan salah seorang keturunan dari Talaga yang berguru di pondok pesantren Pager Gunung, dekat Kampung Penjalin.

Raden Saneh menikahi Seruni yang merupakan putri dari sesepuh Kampung Penjalin, yaitu Raja Syahrani.

Baca Juga: Cerita Pengusaha Sukses Asal Majalengka Menembus Bisnis di Dunia Internasional

Raja Syahrani sendiri merupakan keturunan dari Cirebon yang menetap, meninggal, dan dimakamkan di Panjalin.

Di tempat ini beliau berkegiatan menyebarkan agama Islam. Rumah ini sangat mungkin peninggalan dari masa Islam, tetapi secara kronologis belum dapat dipastikan secara akurat.

 Baca Juga: Berkunjung ke Majalengka, Jangan Lupa Datang ke 9 Tempat wisata ini!

4. Museum Talaga Manggung

Museum Talaga Manggung berada di Desa Talaga Wetan, Kecamatan Talaga. Dimana jarak yang harus ditempuh untuk menuju ke museum ini yaitu +26 km dari pusat kota Majalengka.

Akses menuju lokasi tersebut sudah baik, dimana tidak hanya bisa di tempuh oleh kendaraan pribadi melainkan dapat di tempuh oleh angkutan umum seperti Maja – Cikijing, Cikijing – Bandung dan sebagainya.

Banyaknya peninggalan sejarah dari Kerajaan Talaga Manggung seperti kereta kencana, peralatan perang, dan alat kesenian, yang menjadi daya tarik tersendiri, dan adanya adat memandikan perkakas yang rutin dilaksananakan setahun sekali.

Baca Juga: Jamsostek Coret 1,6 Juta Penerima BLT Rp 600 Ribu, Cek Nama Anda Disini!

Pengunjung yang datang kelokasi wisata budaya ini pada umumnya pelajar.

Untuk tiket masuk pada lokasi wisata budaya ini tidak ada ketentuan biaya yang harus di keluarkan hanya sebatas sumbangan sukarela.

Serta masih kurangnya fasilitas penunjang yang ada di Museum Talaga Manggung.***

Editor: Andra Adyatama

Tags

Terkini

Terpopuler